Populasi Kukang Jawa (Nycticebus javanicus) makin terancam. Mulai unsur klenik hingga kelucuannya, satwa yang sejatinya wajib dilindungi ini justru masih banyak diburu.
Dokter hewan dari International Animal Rescue (IAR) Indonesia, Wendi Prameswari mengungkapkan tak sedikit orang tertarik dengan kelucuan kukang dan ingin memeliharanya. Kondisi itu, membuat permintaan atas kukang akan selalu ada.
“Kukang dikenal lucu, jadi banyak yang ingin memelihara,” tutur Wendi di tengah aktivitasnya memeriksa kesehatan 76 ekor kukang jawa hasil operasi Polres Majalengka, di Kantor Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat Seksi Konservasi Wilayah VI di Sumber, Kabupaten Cirebon, Jumat (11/1/2019).
Tak hanya kelucuannya, kukang jawa juga banyak dicari karena keterkaitannya dengan hal klenik. Wendi mengatakan, di salah satu daerah di Sumatera, kukang dipercaya berfungsi sebagai pelet atau sejenis ilmu gaib yang mendekati pemahaman ‘mantra cinta’.
Selain itu, sebagian masyarakat juga meyakini kukang memiliki khasiat dalam pengobatan tradisional. Namun Wendi mengklaim, tak mengetahui pasti keterkaitan kukang dengan hal klenik maupun pengobatan tradisional tersebut.
Ragam alasan memelihara kukang, salah satunya di rumah, nyatanya telah membuat hewan nocturnal itu banyak diburu. Belum lagi, tak banyak yang paham memelihara kukang. Populasinya pun semakin terancam.
“Kukang termasuk hewan primata yang berpotensi menularkan cacing ke manusia, dan jamur yang bisa menembus ke kulit untuk kemudian berkembang biak,” paparnya.
Banyak orang juga melakukan kesalahan saat memberi kukang makan dan membuatnya malnutrisi. Kukang pun rentan stres akibat pemeliharanya tak memahami karakternya sebagai hewan nocturnal.
Hingga kini belum diketahui pasti jumlah kukang jawa karena survey untuk populasi satwa nocturnal termasuk jarang. Namun, populasinya tergolong critically endangered atau terancam punah. Dalam kurun waktu 24 tahun terakhir, populasi kukang turun hingga 80%.
Sementara, ke-76 kukang jawa yang ditangani pihaknya sejauh ini secara umum dalam kondisi sehat, bergigi lengkap, dan berpotensi dilepasliarkan. Wendi berharap, pelepasliaran ke-76 kukang itu dilakukan segera mengingat mereka masih sangat alami dan liar.
Sayangnya, tiga ekor dari total 79 kukang jawa yang diserahkan Polres Majalengka, mati akibat sakit. Ketiganya diketahui menderita stres, malnutrisi, hingga dehidrasi.
“Kami beri mereka obat cacing, obat kutu, multivitamin, dan menambah pakan untuk perbaikan kondisi tubuh. Kami juga pasang chip yang menandai mereka sebagai hasil penyitaan,” bebernya.
Kasus 79 ekor kukang jawa itu sendiri menjadi yang terbesar pertama se-Indonesia, dan terbesar kedua di Jabar selama lima tahun terakhir. Pada 2013 pihaknya pernah menangani 238 ekor kukang sumatera yang ditangkap ilegal.
Sumber berita : Ayo Cirebon