Skip to content

Menu

  • Donasi

untuk Kukang

Investigasi WHO : COVID-19 Berasal Dari Perdagangan Satwa Liar di Cina

  • 24 Mar 2021,
  • Campaign

Setelah dilakukan penelitian berbulan-bulan, peneliti mengatakan bahwa asal mula virus corona COVID-19 kemungkinan besar berasal dari Perdagangan satwa liar di Cina. Hal ini disampaikan oleh tim peneliti World Health Organization (WHO) di London pada Rabu (10/03).

Ahli ilmu hewan dan Presiden dari NGO EcoHealth Alliance, Peter Daszak mengatakan perdagangan satwa liar adalah penjelasan yang paling mungkin tentang bagaimana COVID-19 tiba di Wuhan.

Tim peneliti WHO menemukan bahwa pasokan satwa liar yang diperdagangkan di Pasar Huanan berasal dari peternakan satwa liar di Cina Selatan. Beberapa dari satwa liar itu bisa saja tertular SARS-CoV-2 dari kelelawar di daerah tersebut.

“Ada rute dari provinsi di Cina Selatan seperti Yunnan yang merupakan salah satu tempat utama penyebaran virus corona, seperti yang pertama kali ditemukan pada kelelawar, pada tahun 2013,” tuturnya dikutip dari APnews.

Menurutnya, masyarakat mengambil satwa liar, seperti musang, landak, trenggiling, anjing rakun dan tikus bamboo untuk dibiakkan di penangkaran. Peternakan kemudian membawa produk satwa hidup ke Wuhan, dimana hewan hidup dibawa untuk dijual dan disembelih.

 “Itu petunjuk yang sangat penting. Permulaan pemahaman tentang rute ini perlu ditindaklanjuti dengan cukup cepat,” ujarnya

Sebelumnya, peneliti menunjukkan bahwa musang liar – yang umum dikonsumsi di Cina – dari peternakan satwa liar diduga menyebabkan wabah SARS pada 2003 di Guangdong. Para ilmuwan juga menemukan asal usul SARS pada kelelawar yang biasanya membawa virus corona.

Menurut para peneliti, Kedua spesies ini – musang dan kelelawar – memiliki potensi besar menjadi penyebab utama penyebaran SARS Cov-2. Satwa-satwa liar ini dikurung dengan kondisi berdesakan serta kandang yang tidak higienis. Menciptakan kondisi sempurna dalam penyebaran virus di antara satwa-satwa yang diperjualbelikan di pasar.

Daszak menuturkan hipotesis itu didukung kuat baik oleh pihak WHO dan pihak Cina. Daszak dan rekan penulisnya akan merilis laporan tentang kesimpulan awal dari misi baru-baru ini ke Wuhan.

“Saya yakin kita akan segera mengetahuinya dalam beberapa tahun mendatang,” tuturnya. “Kami dapat memiliki data signifikan yang nyata tentang darimana ini berasal dan bagaimana kemunculannya.”

Baca juga : Konten Youtube Pemelihara Monyet Meningkat Selama Pandemik

Ilustrasi : Pasar di Wuhan, China. Foto : Arend Kuster/Wikipedia

Penyebaran virus di Pasar Huanan

Temuan terbaru menunjukkan bahwa dari 99 pasien di sekitar Wuhan yang didiagnosis terinfeksi virus, lebih dari setengahnya berasal dari pasar Huanan, Wuhan.

Salah satu bagian dari tim WHO Profesor kedokteran Universitas California, Joel O. Wertheim, menggambarkan kondisi pasar Huanan.

“Ketika Anda mengunjungi pasar, Anda menyadari bahwa itu adalah tempat yang tepat untuk terjadinya wabah karena ramai, banyak kios, banyak produk hewani, dan ventilasi serta drainase agak kurang optimal,” katanya dikutip dari Bloomberg. “Tidaklah mengherankan jika kita mengalami ledakan virus dari sana,” lanjutnya.

Pasar ini juga dilaporkan menjual hewan hidup, beberapa ditangkap secara ilegal di alam liar dan disembelih di depan pelanggan. Ada kemungkinan virus itu ditularkan melalui hewan yang terinfeksi yang dijual di pasar Huanan.

Diperkirakan, pelompatan virus terjadi karena kebiasaan warga Cina mengkonsumsi satwa liar. Dalam laporan China Wildlife Association di tahun 2017, sebanyak 52% pasar di Cina memperdagangkan satwa liar, sementara setidaknya 40% hotel dan restoran menawarkan hidangan satwa liar di menu mereka. Survei lain menunjukkan bahwa lebih dari 45% orang Cina dari daerah perkotaan telah mengkonsumsi satwa liar, sementara 2,7% tambahan adalah konsumen tetap.

Dengan kondisi ini, Presiden Xi Jinping memperingatkan bahwa konsumsi satwa liar menimbulkan risiko besar bagi kesehatan masyarakat. Pada 24 Februari 2020, Komite Tetap Kongres Rakyat Nasional memutuskan memperluas cakupan Undang-Undang Perlindungan Margasatwa Cina untuk melarang konsumsi hampir semua satwa liar

  • covid-19
Bagikan:
Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Share on pocket
Share on email
PrevPreviousAda Apa Dengan Kukang dan Kabel Listrik?

Tinggalkan pesan

Artikel

Lainnya

Ada Apa Dengan Kukang dan Kabel Listrik?

5.182 Monyet Diperdagangkan Secara Ilegal Sepanjang 2020

5 Fakta Kukang, Si Primata Pemalu Bermata Bulan

Terancam Punah, 3.983 Kukang Dijajakan Secara Daring

kukang bleaching albino

Bleaching Kukang: Fenomena Suram Di Balik Kejamnya Perdagangan Satwa

senapan angin

Perdagangan Senapan Angin Terlalu Bebas, Korban Terus Berjatuhan

Stop Kekang Kukang

Kukangku adalah gerakan kampanye dan penyadartahuan untuk pelestarian dan perlindungan kukang di Indonesia

Facebook
Twitter
Youtube
Instagram
Envelope
  • Beranda
  • Tentang Kukangku
  • Dinamika Konservasi
  • Identifikasi Kukang
  • Kukang Sumatera
  • Kukang Jawa
  • Kukang Kalimantan
  • Penyerahan Sukarela
  • Temuan & Habitat Kukang
  • Lapor Kejahatan Satwa
  • Kisah Kukang
  • Kliping Berita Kukang
  • Video
  • FAQ

Didukung oleh Yayasan IAR Indonesia
Dikembangkan dan didesain oleh Rusmadipraja

© 2014 – 2021 Kukangku

Saya #PenyelamatKukang dan saya peduli terhadap kelestarian kukang di Indonesia.

Hei penyelamat kukang!
Bantu aku untuk tetap lestari di alam.

Close
Kukangku

Visi & Misi

Dinamika Konservasi Kukang

Kukang Indonesia

K. Sumatera

K. Jawa

K. Kalimantan

K. Bangka

K. Sumatera bag. Utara

K. Borneo

K. Kayan

Lapor

Pengembalian & Penyerahan Sukarela

Kejahatan Perburuan & Perdagangan

Temuan Kukang Liar & Habitat Alami

Blog

Catatan Kukangku

Kisah Kukang

Video

Kliping Berita

Edukasi

Penyerahan Sukarela

Penegakan Hukum

Penyelamatan Kukang

Pelepasliaran Kukang

Informasi

Call Center BKSDA

Daftar Satwa Dilindungi

Bantu Kukang

Donasi

Merchandise

Penyelamat Kukang

FAQ

Facebook
Twitter
Youtube
Instagram

Banyak kakak baik telah menyisihkan Rp1.000 untuk berdonasi, dan itu semua sangat berarti bagi para kukang.

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Share on pocket