Kamu pasti pernah lihat anak kucing yang bermain-main dengan kucing lainnya kan? Kadang satwa-satwa ini bermain hingga saling menyerang satu sama lain. Eits ternyata kegiatan bermain ini berperan penting untuk perkembangan mereka loh #penyelamatkukang!
Seperti anak kucing, anak kukang juga memiliki pola yang sama saat bermain dengan teman mainnya. Kegiatan bermain anak kukang dengan kukang lainnya ternyata mengembangkan kemampuan motorik dan kemampuan bela diri mereka.
Dalam penelitian perilaku kukang yang dilakukan oleh Barrett, dkk, fungsi kegiatan bermain mungkin meningkatkan kemampuan anak kukang dalam menggunakan racun saat berkelahi dengan musuh. Pada satwa yang memiliki pertahanan berbahaya seperti kukang, bermain penting untuk mempelajari cara mengendalikan penggunaan kekuatan, senjata, dan racun.
Anakan kukang jawa (Nycticebus javanicus), yang menjadi objek penelitian, merupakan primata yang hidup dalam keluarga kecil terdiri dari induk dan biasanya memiliki 1 hingga 3 saudara kandung. Anak kukang umumnya dirawat oleh keluarganya hingga tiga tahun lamanya sebelum akhirnya berpisah. Sebagai satwa teritorial, anak kukang akan dibekali berbagai ilmu agar dapat bertahan hidup dari musuh-musuh alami mereka.
Kegiatan bermain menjadi salah satu cara bagi induk kukang untuk mempererat hubungan sosial sekaligus mengajari anak mereka kemampuan untuk berkelahi dan menggunakan racun yang ada di kelenjar lengan kukang.
Baca juga : Peneliti : Kukang Jawa Diperkirakan Punah Di Tahun 2050
Selama bermain, kukang bergantung di dahan dengan postur dua kaki bergantung pada dahan pohon dan tangan untuk menyerang lawan (bipedal). Kegiatan ini kadang terlihat agresif karena kukang dapat saling menggigit, memukul dan kejar mengejar. Kukang akan saling menggigit di daerah kepala atau leher. Gigitan ini akan meninggalkan bekas luka dari ringan hingga berat. Namun kegiatan ini berguna bagi anakan kukang untuk mempelajari bagaimana menyerang dan bertahan dari serangan racun kukang lainnya.
Anakan kukang lebih sering bermain dengan induknya daripada dengan saudara kandung lainnya. Memilih teman yang lebih berpengalaman disinyalir dilakukan anakan kukang agar dapat menghadapi kejadian berisiko lebih baik di masa depan.
Selain mempelajari cara berkelahi dan menggunakan racun, anakan kukang juga mempelajari kehidupan arboreal, yaitu cara hidup kukang yang bergerak dari satu pohon ke pohon lainnya. Sebagai satwa arboreal, kukang harus belajar mengenal batang-batang pohon yang digunakan untuk memanjat dan sebisa mungkin tidak jatuh ke tanah.
Untuk mendukung kemampuannya, anakan kukang bermain dalam berbagai kondisi lingkungan yang kurang optimal. Misalnya saat hujan ketika batang pohon basah dan licin. Dengan demikian, bermain saat hujan memungkinkan anakan kukang untuk belajar menghadapi kondisi buruk.
Prinsip yang sama berlaku saat munculnya cahaya bulan. Saat malam terang dengan intensitas cahaya bulan yang tinggi, kukang lebih mudah terlihat oleh pemangsa, Pada kondisi seperti itu, anakan kukang perlu belajar bagaimana memperbaiki gerakannya sambil menghindari pemangsa.