Kukang jawa (Nycticebus javanicus) diperkirakan akan punah di tahun 2050 karena perubahan iklim. Selain kukang, satwa endemik lain seperti orangutan sumatera (Pongo abelii) juga diperkirakan akan hilang dari muka bumi.
Hal ini disampaikan oleh Dosen Institut Pertanian Bogor (IPB), Mirza D Kusrini dalam diskusi virtual pembuka WECMIC 2021 bertajuk Urgensi Konservasi Satwa Liar dalam Diskusi Perubahan Iklim Global di Jakarta, pada Senin (1/11/2021) seperti dilansir dari ANTARA
“Penelitian menunjukkan kepada kita bahwa sekitar 30 spesies primata di Indonesia kemungkinan akan punah pada tahun 2050. Ini sangat tidak bagus,” ujarnya.
Menurutnya, dalam penelitian yang dilakukan oleh Condro, dkk dalam artikel “Predicting Hotspots and Prioritizing Protected Areas for Endangered Primate Species in Indonesia under Changing Climate”, disebutkan bahwa sebagian besar kelompok primata di Indonesia rentan kepunahan pada tahun 2050, seperti kukang jawa.
Baca juga : Kasus Anjing Canon dan Pentingnya Animal Welfare
Dalam artikel itu disebutkan Indonesia sebagai kawasan megabiodiversitas memiliki keanekaragaman primate yang cukup tinggi. Sebanyak 86% primata yang hidup di kawasan Indonesia memiliki potensi punah karena perubahan iklim dan pemanasan global.
Perubahan iklim berperan dalam pengurangan distribusi primata di wilayah Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. Degradasi habitat yang disebabkan oleh perubahan iklim akan menjadi salah satu masalah konservasi primate di masa depan. Perubahan iklim dan habitat memberikan efek buruk pada kehidupan satwa liar – berpotensi pada kepunahan mereka.
Sebanyak 72% dan 68% kelompok monyet dunia lama (Cercopithecidae) diperkirakan punah. Selain itu, 75% dari kelompok Tarsidae, serta 50% dan 63% kelompok owa (Hylobatidae) juga diperkirakan akan punah.
Dengan kondisi tersebut, restorasi habitat primata harus menjadi prioritas konservasi ke depannya. Hal ini untuk mengurangi potensi perubahan habitat karena perubahan iklim di masa depan.
“Perubahan iklim tidak hanya berdampak pada spesies karismatik, tapi juga satwa liar lain,” ujar Mirza.
Baca juga : Lindungi dan Sayangi Kukang di Hari Hak Asasi Hewan
Sementara, Dekan Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Sigit Sunarta mendorong Peningkatan penelitian dan upaya strategis untuk menyelamatkan satwa liar dari dampak perubahan iklim.
“Penelitian terkait satwa liar di Indonesia harus diarahkan untuk menemukan cara yang tepat untuk mengurangi dampak terburuk dari perubahan iklim yang akan dihadapi oleh satwa liar,” ujarnya dalam diskusi virtual pembuka WECMIC 2021.
Oleh karena itu, perlu meningkatkan penelitian dan melakukan upaya-upaya strategis bersama untuk menyelamatkan satwa liar dari dampak perubahan iklim dan mengatasi dampak perubahan iklim.