Skip to content

Menu

  • MADU

untuk Kukang

Kukang Dalam Kearifan Lokal Masyarakat Sunda

  • Devia Ariesta
  • 17 Feb 2022
  • Campaign

Masyarakat sunda terkenal dengan kearifan lokalnya pada satwa kukang. Kearifan lokal itu sendiri merupakan bagian dari budaya masyarakat yang tidak bisa dipisahkan dari bahasa masyarakat tersebut.

Kearifan lokal (local wisdom) umumnya diwariskan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi selanjutnya melalui cerita dari mulut ke mulut. Kearifan lokal menjadi pandangan hidup dan ilmu pengetahuan yang dituangkan dalam berbagai bentuk. Bentuk itu tertuang dalam adat istiadat, tata aturan/norma, budaya, bahasa, kepercayaan, hingga kebiasaan sehari-hari.

Banyak contoh kearifan lokal masyarakat sunda yang dapat membantu konservasi dan pelestarian sumber daya alam. Salah satunya mitos atau kepercayaan pada kukang jawa, atau yang oleh penduduk lokal Sunda sering dipanggil muka, oces, aeud atau malu-malu.

Baca juga : Mitos Kukang, dari Media Sihir hingga Satwa Pembawa Sial

Kukang bawa malapetaka

Pada presentasi yang dilakukan oleh Sidik Permana dalam rangka memperingati Hari Primata Nasional di Bogor (29/01/2022), primata malam ini dipercaya oleh masyarakat sunda memiliki sifat destruktif dan panas (sangar). Kukang dipercaya bahwa apabila diganggu akan membawa sial bagi orang yang mengganggunya. Jika muka dibunuh maka darah yang menetes ke tanah akan membawa malapetaka kepada penduduk satu kampung.

Masyarakat Sunda pantang (pamali) untuk mengganggu apalagi membunuh kukang. Hal ini karena kukang memiliki ciri khas yang menakutkan. Seluruh bagian tubuh mereka termasuk bulu dan darah, dapat digunakan untuk menyakiti orang lain.

Konon berdasarkan kepercayaan masyarakat Sunda, bagian tubuh kukang digunakan untuk menjatuhkan urusan duniawi. Bagian ini dipercaya untuk membunuh orang, mencelakai ataupun mendatangkan malapetaka pada orang lain.

Selain itu, masyarakat Sunda percaya bahwa suatu tumbuhan yang digunakan sebagai tempat melahirkan kukang, misalnya bambu, maka bambu tersebut akan mati disebabkan ketika kukang melahirkan mengeluarkan panas.

Baca juga : Perubahan Iklim Ancam Populasi Kukang Jawa

Kearifan lokal dan konservasi

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Permana, dkk pada tahun 2020, orang-orang Ujungjaya, sebuah desa di Banten, percaya bahwa sebuah lokasi di mana kukang dieksploitasi atau dibunuh dapat menyebabkan semua spesies tanaman mati. Jika lokasi ini dihuni, penduduk yang menghuni tidak akan merasa nyaman. Sebaliknya, mereka akan menghadapi stres kronis dan penyakit.

Karena kepercayaan masyarakat Sunda tersebut, sebuah dusun dengan luas total sekitar 100 m2, ditinggalkan oleh penduduk karena orang-orang di sana sengaja mengubur kukang. Sebelum ditinggalkan, banyak orang terkena penyakit dan sekarat. Kini, dusun itu hanya ditempati oleh empat keluarga. Keyakinan serupa yang terkait dengan kukang jawa terjadi di komunitas Sunda pedesaan lainnya di Jawa Barat.

Sementara dalam upaya konservasi, kearifan lokal ini mendorong masyarakat sunda untuk tidak sembarangan mengganggu keberadaan kukang. Sehingga, eksploitasi kukang dapat ditekan agar kelestarian satwa ini terus dijaga oleh masyarakat.

Dalam laporan Organisasi Konservasi Dunia IUCN, disebutkan bahwa kukang jawa berstatus kritis atau critically endangered. Artinya, keberadaan kukang dapat punah dalam kurun waktu 10 tahun ke depan apabila tidak ada upaya konservasi.

Referensi:

Permana S, Iskandar J, Parikesit, Husodo T, Megantara EN, Partasasmita R. 2019. Changes of ecological wisdom of Sundanese People on conservation of wild animals: A case study in Upper Cisokan Watershed, West Java, Indonesia. Biodiversitas 20: 1284-1293.

Nijman V, Nekaris K. 2015. Traditions and trade in slow lorises in Sundanese communities in Southern Java, Indonesia. Endangered Species Res 25: 79-88.

Permana S., Partasasmita R., Iskandar J., Rohmatullayaly E., Iskandar B., Malone N. 2020. Traditional conservation and human-primate conflict in Ujungjaya Village Community, Ujung Kulon, Banten, Indonesia. Biodiversitas, Vol. 21 (2): 521-529

  • kearifan lokal, kukang jawa, masyarakat sunda

Tulisan lainnya dari

Devia Ariesta
Bagikan:
PrevPreviousKejam, Senapan angin Terus Teror Kukang!
NextPelihara Hewan Kukang itu Gak Keren, Berikut Alasannya!Next

Tinggalkan pesan

Artikel

Lainnya

4 Jenis Pohon Penghasil Getah Kegemaran Kukang

Topeng Monyet, Penyiksaan Satwa Berkedok Hiburan

Rina Mutia, Ikut Pelestarian Orangutan Sumatera Lewat Riset

Yusuf Alfaza, Neliti Kukang Untuk Bantu Masyarakat Sekitar

Hari Primata Indonesia 2023 : Semua Primata itu Berarti

kukang permukiman

3 Alasan Kenapa Kukang Ditemukan di Permukiman

Stop Kekang Kukang

Kukangku adalah gerakan kampanye dan penyadartahuan untuk pelestarian dan perlindungan kukang di Indonesia

Facebook Twitter Youtube Instagram Envelope
  • Beranda
  • Tentang Kukangku
  • Dinamika Konservasi
  • Kukang Sumatera
  • Kukang Jawa
  • Kukang Kalimantan
  • Penyerahan Sukarela
  • Temuan & Habitat Kukang
  • Lapor Kejahatan Satwa
  • Kisah Kukang
  • Kliping Berita Kukang
  • Video
  • FAQ

Didukung oleh Yayasan IAR Indonesia
Dikembangkan dan didesain oleh Rusmadipraja

© 2014 – 2023 Kukangku

Saya #PenyelamatKukang dan saya peduli terhadap kelestarian kukang di Indonesia.

Hei penyelamat kukang!
Bantu aku untuk tetap lestari di alam.

Close
Kukangku

Visi & Misi

Dinamika Konservasi Kukang

Kukang Indonesia

K. Sumatera

K. Jawa

K. Kalimantan

K. Bangka

K. Sumatera bag. Utara

K. Borneo

K. Kayan

Lapor

Pengembalian & Penyerahan Sukarela

Kejahatan Perburuan & Perdagangan

Temuan Kukang Liar & Habitat Alami

Blog

Catatan Kukangku

Kisah Kukang

Video

Kliping Berita

Edukasi

Penyerahan Sukarela

Penegakan Hukum

Penyelamatan Kukang

Pelepasliaran Kukang

Informasi

Call Center BKSDA

Daftar Satwa Dilindungi

Bantu Kukang

Donasi

Merchandise

Penyelamat Kukang

FAQ

Facebook Twitter Youtube Instagram

Banyak kakak baik telah menyisihkan Rp1.000 untuk berdonasi, dan itu semua sangat berarti bagi para kukang.