Nycticebus javanicus menggulung tubuhnya serupa bola. Kepalanya disimpan pada lutut. Ini sebagai bentuk pertahanan diri dari musuh. Ia tak mau tidur siangnya diganggu oleh musuh. Maka sebelum beranjak tidur, ia memilih singgasananya, di pucuk tertinggi sebuah rumpun bambu, di hutan Kareumbi, Sumedang, Jawa Barat.
Makhluk seukuran 28-32 cm ini memiliki ekor yang relatif pendek, tak lebih dari 2 cm. Sementara berat tubuhnya tak lebih dari 1 kg. Ia memiliki pola wajah yang khas. Bulu pada bagian moncong dan dahi berwarna putih. Pada daerah mata dan telinga, berwarna lebih gelap. Juga pola garis gelap memanjang yang terdapat mulai dari atas kepala hingga ke belakang. Sedangkan warna rambut tubuhnya kelabu keputih-putihan.
Hewan pemalu merupakan mahluk yang santai yang lebih banyak menghabiskan sebagian waktunya di atas pohon. Pergerakannya lambat dan tidak agresif. Untuk berpindah antar pohon mereka tidak melompat namun hanya merambat. Selebihnya mereka cenderung diam.
Salah satu primata khas Jawa ini memang banyak ditemukan di hutan bambu, selain di hutan primer, hutan sekunder, hutan bakau hingga perkebunan di Banten, Jawa Barat hingga Jawa Tengah. Beberapa kawasan yang menjadi tempat tinggalnya diantaranya adalah Taman Nasional Ujung Kulon, TN Gede Pangrango, TN Halimun Salak, gunung Slamet, dan Dieng.
Satwa cerdas ini merupakan hewan pemakan segala, mulai dari buah-buahan, biji-bijian, serangga, kadal, tikus dan telur. Ia sangat bermanfaat bagi keseimbangan ekosistem. Sebagai contohnya banyak tumbuhan di hutan yang pertumbuhan populasinya bergantung pada kukang. “Artinya kukang berfungsi sebagai penyemai alami karena kukang pemakan buah-buahan dan biji-bijian,” kata Staf Survey Release Monitoring Penelitian yang dilakukan oleh Nafisatul Ulfa dan Mirzan Adi Wibowo dari Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor di Yayasan International Animal Rescue Indonesia, Hilmi Mubarok.
Di alam bebas, hewan nokturnal yang lebih banyak beraktivitas di malam hari ini sebagai pemakan serangga dan tikus juga bekontribusi dalam mengurangi hama kebun. Posisinya dalam rantai makanan sangat penting, sebagai penjaga keseimbangan alam.
Sayangnya, berdasarkan hasil survei dan monitoring ProFauna Indonesia sejak tahun 2000 sampai 2006. Diperkirakan ada sekitar 6.000 kukang di Indonesia yang ditangkap setiap tahunnya untuk diperdagangkan.
Ia menjadi salah satu primata paling langka di Indonesia. Satwa yang memiliki bisa pada taringnya ini bahkan lebih langka dibanding Kukang Kalimantan dan Kukang Besar yang ada di Indonesia, bahkan dibanding 13 jenis kukang lainnya yang ada di dunia. IUCN Redlist bahkan memasukkan hewan jenis ini dalam daftar 25 primata paling langka di dunia. Ini karena populasi kukang jawa mengalami penurunan hingga 80 persen dalam 24 tahun terakhir.
Penurunan populasi ini diakibatkan oleh hilangnya habitat akibat kerusakan hutan dan alih fungsi hutan, serta maraknya perburuan kukang untuk dijadikan hewan peliharaan. Padahal, kotoran satwa ini mengandung sejumlah cacing yang sangat berbahaya bagi manusia.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Nafisatul Ulfa dan Mirzan Adi Wibowo dari Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor di YIARI menunjukkan adanya potensi zoonosis yaitu penyakit yang dapat menular dari hewan kepada manusia atau sebaliknya yang ditemukan pada kukang. Salah satu penyakit yang dapat mengular ke manusia adalah cacingan.”Membiarkan kukang hidup liar merupakan cara bijak kita melestarikan kukang di alam,” katanya.
Sumber artikel : tamanasional.org