Kukang (Nycticebus) yang sering disebut malu-malu atau dalam bahasa Inggris disebut dengan Loris, merupakan salah satu jenis primata yang ada di dalam famili Lorisidae. Ciri khas kukang antara lain berjalan dengan lambat serta mata yang besar berbinar. Selain itu, garis warna kecoklatan pada corak wajah dan punggung menjadi kekhasannya tersendiri.
Hewan nokturnal atau aktif di malam hari ini memiliki kisaran berat antara 0,375 hingga 0,9 kg dengan panjang tubuh saat dewasa sekitar 19 cm hingga 30 cm. Kalau disamakan dengan hewan lain, besarnya hampir mirip dengan kucing lokal. Salah satu yang terbesar, yaitu kukang benggala memiliki ukuran tubuh hingga 38 cm loh!
Hewan langka ini kadang dikenal juga dari mitos-mitos daerahnya. Ada yang bilang kalau kukang bisa bawa malapetaka ataupun sebagai media mistis. Meski belum ada pembuktiannya, namun masih banyak masyarakat yang percaya. Ironisnya, hal ini malah menjerumuskan kukang ke jurang kepunahan karena maraknya perburuan dan perdagangan.
Padahal, kukang berperan besar dalam keutuhan ekosistem hutan. Kebiasaan makannya, seperti makan serangga dan buah, berperan dalam penyerbukan tumbuhan sekaligus pengontrol hama. Keren kan?
Saat ini, terdapat 9 jenis kukang dari genus Nycticebus (slow loris) di seluruh dunia dan 7 di antaranya hidup di pulau-pulau Indonesia. Apa saja jenisnya? Yuk simak jenis-jenis kukang beserta persebarannya di bawah ini:
1. Kukang sumatera (Nycticebus coucang)
Kukang sumatera atau dikenal juga sebagai kukang sunda dapat ditemukan di Indonesia tepatnya di Sumatera, Kepulauan Riau, serta Kepulauan Natuna Utara. Nama kukang sunda diambil dari persebaran kukang yang tersebar di paparan sunda (Sundaland).
Di daerah sumatera, kukang biasa ditemukan di kebun-kebun masyarakat. Seperti kebun kopi, lada, dan kebun lainnya yang menjadi sumber mata pencaharian masyarakat. Tidak jarang masyarakat menemukan kukang yang pemukimannya berdekatan dengan kebun, atau tidak sengaja masuk ke rumah dan memakan hasil panen kebun.
Selain tersebar di Indonesia, kukang jenis ini juga dapat ditemukan di Malaysia (di Semenanjung dan Pulau Tioman), daerah semenanjung selatan Thailand dan di seluruh Singapura.
2. Kukang jawa (Nycticebus javanicus)
Seperti namanya, kukang jawa tersebar di pulau Jawa, yaitu di wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Dalam bahasa lokal, kukang jawa juga disebut sebagai Muka, Malu-malu, Aeud, dan juga Oces
Selama bertahun-tahun kukang jawa dianggap sebagai sub-spesies dari kukang sumatera (N. coucang), sampai kemudian dilakukan kajian ulang morfologi dan genetika terhadap takson ini pada tahun 2000-an, yang mengakibatkan peningkatan statusnya sebagai jenis penuh.
Kukang jawa dapat dikenal dari warna rambut dan corak wajahnya. Pada dahinya terdapat pola berlian keputihan yang menyolok, yang terbentuk oleh garis berwarna gelap yang berjalan di atas kepalanya dan bercabang ke arah mata dan telinga.
3. Kukang kalamasan kalimantan (Nycticebus menagensis)
Kukang kalamasan kalimantan atau yang dikenal sebagai kukang filipina adalah sejenis kukang yang menyebar di pesisir utara dan timur Pulau Kalimantan serta Kepulauan Sulu di Filipina.
Di Indonesia, kukang ini dapat ditemukan di beberapa taman nasional, seperti Taman Nasional Kutai di Kalimantan Timur atau Taman Nasional Sebangau di Kalimantan Tengah.
Di antara jenis-jenis kukang di Kalimantan, Nycticebus menagensis terbilang sangat pucat, dengan pola pewarnaan wajah yang sedikit kontras dan ujung atas cincin gelap sekeliling mata yang berbentuk membundar atau baur di tepinya. Kukang kalamasan kalimantan sebelumnya juga termasuk ke dalam subspesies N. coucang, namun kemudian dinaikkan menjadi spesies tersendiri.
Baca juga : Berpelukan di Udara, Uniknya Cara Kawin Kukang
4. Kukang kayan (Nycticebus kayan)
Kukang kayan tersebar di bagian tengah dan utara Borneo (Brunei, Sarawak, Sabar dan Kalimantan Timur), di bagian selatan (hingga Sungai Mahakam, Kalimantan Timur dan Sungai Rajang di Sarawak), serta di bagian timur (hingga ujung Borneo di Sabah).
Penamaan kayan diambil dari sebuah nama sungai di Kalimantan Utara, yaitu sungai Kayan. Daerah ini merupakan habitat asli dari kukang kayan.
Warna tubuh N. kayan mirip dengan N.menagensis yang juga cenderung pucat. Hanya saja, pola warna di wajah N. kayan cenderung lebih gelap dan kontras; serta, jika dibandingkan, rambut di badan N. kayan lebih panjang dan halus. Hal ini merupakan bentuk adaptasi permanen mereka.
5. Kukang bangka (Nycticebus bancanus)
Pada awalnya, taksa ini disebutkan sebagai Nycticebus menagensis, namun kemudian dipisahkan sebagai spesies tersendiri karena adanya sisi gelap pada bagian perut seperti disampaikan oleh Munds et al. Kukang bangka juga tidak memiliki empat gigi seri atas, sehingga mereka lebih dekat kekerabatannya dengan jenis kukang dari Borneo dibandingkan dengan kukang yang berasal dari Sumatera.
Kukang bangka memiliki ciri warna pola wajah seperti merah kecoklatan dan tanda api sekitar mata bagian atas yang melebar. Jenis juga dicirikan dengan rambut punggung berwarna merah tua.
Kukang bangka hanya diketahui berada di Pulau Bangka, Sumatera Selatan. Populasi kukang bangka terpisah secara geografis dari jenis kukang lainnya.
6. Kukang benggala (Nycticebus bengalensis)
Kukang Bengal endemik di daerah berhutan di Asia tenggara (termasuk tujuh negara bagian timur laut India), serta wilayah Kamboja, Burma, Thailand, Vietnam, dan wilayah selatan Cina. Kepadatan terbesar spesies ini ditemukan di Thailand timur. Mereka memiliki jangkauan terbesar dan merupakan spesies paling utara dari genus Nycticebus.
Kukang Bengal adalah yang terbesar dari semua kukang, dengan panjang tengkorak 65,25 mm, lebih besar dari spesies kukang lainnya. Mereka lebih berat dari semua spesies loris lainnya dengan massa antara satu dan dua kg dan panjang 26 sampai 38 cm, menjadi lebih dari tiga kali berat loris terkecil, Nycticebus pygmaeus. Pola bulu kukang Bengal berbeda dari kukang lain yang memungkinkan diferensiasi visual dari spesies lain.
Kukang ini sering ditemukan sebagai objek foto untuk menarik turis di kawasan wisata Thailand. Pihak penyelenggara meminta uang dari para turis untuk sekedar mengambil selfie. Sedihnya, kegiatan eksploitasi satwa ini termasuk dalam kekejaman satwa. Pada prakteknya, banyak kukang yang kehausan, kepanasan, kelaparan hingga stress.
Baca juga : Riset : Sebaran Kukang Jawa Meluas Hingga Jawa Timur
7. Kukang Kalimantan (Nycticebus borneanus)
Taksa ini awalnya dimasukkan ke dalam jenis Nycticebus menagensis, namun kemudian dijelaskan bahwa kukang kalimantan merupakan jenis yang terpisah berdasarkan variasi pola wajah. Kukang kalimantan memiliki pola wajah kontras gelap dan sebagian besar berbentuk bulat tetapi terkadang memiliki tanda lingkaran bagian atas dengan tepi yang menyebar.
Ada keunikan lain yang dimiliki oleh kukang kalimantan. Seperti N. menagensis, kukang ini tidak memiliki gigi seri atas kedua. Hal ini yang membedakan mereka dari kukang lainnya.
Kukang kalimantan dapat ditemukan di tenggara borneo (Kalimantan Barat, Selatan dan Tengah, tidak termasuk barat daya), selatan sungai Kapuas, meluas hingga timur jauh dari Sungai Barito.
8. Kukang kerdil (Nycticebus pygmaeus)
Kukang kerdil merupakan kukang terkecil di dunia. Hewan ini tersebar di timur Sungai Mekong Vietnam, di timur Kamboja, Laos, dan provinsi Yunnan di selatan Cina. Kukang ini hidup di beberapa jenis habitat, mulai dari tropis sampai hutan hijau abadi (evergreen forrest).
Ada keunikan dari kukang kerdil dalam mempertahankan dirinya. Selama musim dingin, pola garis pada kukang kerdil akan menjadi lebih menonjol hingga mereka memperoleh ujung perak atau “frosting.” Warna musiman ini dianggap sebagai bentuk kamuflase dan perlindungan mereka karena selama musim dingin, mereka harus duduk di daerah terbuka seperti semak belukar padat atau di cabang atas pohon yang kekurangan dedaunan.
Kukang kerdil dan kukang bengal berevolusi dari nenek moyang yang sama dan mirip dalam penampilan. Ukuran tubuh yang lebih kecil dalam kukang kerdil dianggap sebagai hasil dari perpindahan karakter, aksentuasi perbedaan antara spesies serupa yang berbagi distribusi geografis yang sama.
9. Kukang bhue angen (Nycticebus hilleri)
Kukang ini dinamakan bhue angen dalam bahasa aceh yang berarti monyet angin. Nama ini berasal dari kebiasaan kukang yang apabila dimasukkan ke dalam kandang, ia akan keluar seperti angin.
Kukang ini dapat ditemukan di Sumatra sebelah utara Sungai Batang Toru hingga Aceh. Kukang bhue angen sebelumnya dideskripsikan sebagai sub-spesies yang dimasukkan ke dalam taksa grup kukang sumatera pada tahun 1902.
Nekaris dan Jaffe kemudian melaporkan adanya perbedaan morfologi dalam sampel individu N.coucang yang mereka temui hingga menyarankan agar dinaikkan sebagai spesies, yaitu N. hilleri. Parameter morfometrik rata-rata untuk N. hilleri cenderung lebih besar dibandingkan N. coucang.