Dikenal sebagai primata beracun satu-satunya, kukang merupakan satwa yang berbahaya apabila diganggu. Ya, primata dilindungi ini memiliki alat pertahanan diri berupa racun yang dapat membuat lawannya kejang-kejang.
Racun kukang atau lebih tepatnya disebut dengan ‘bisa’, dihasilkan oleh kelenjar yang terdapat di lengan bawah kukang. Kelenjar brakialis atau dalam Bahasa inggris disebut brachial gland ini menghasilkan sekresi minyak yang mengandung bisa. Kelenjar ini berkembang sejak kukang menginjak usia remaja 6 mingguan.
Kukang sendiri dikenal sebagai satwa yang lambat dan tidak agresif. Maka, bisa ini hanya dipakai ketika kukang merasa terancam oleh keberadaan predator atau pengganggu yang berbahaya.
Saat mempertahankan diri, satwa ini akan menyilangkan kedua tangannya di atas kepala. Posisi ini memudahkan kukang untuk menjilat cairan bisa yang keluar dari kelenjar ke dalam mulutnya. Bisa kemudian bercampur dengan air liur dan disebarkan melalui gigitan.
Gigitan ini dapat menyebabkan luka dan borok pada tubuh. Luka akibat gigitan kukang sangat menyakitkan, penyembuhannya lambat, sebabkan pembengkakan, terasa kebas, bernanah, dan meninggalkan bekas luka.
Sedangkan bisa yang tersebar di darah manusia dapat menyebabkan kejang-kejang, demam, alergi, syok anafilaksis, ruam, gatal, penurunan tekanan darah, hingga pingsan. Meski tentu tidak semua orang mengalami reaksi yang sama. Reaksi ini tergantung pada kondisi tubuh orang yang tergigit saat itu.
Baca juga : Mirip Manusia, Induk Kukang juga Bisa Parkir?
Pada tahun 2012, seorang peneliti biologi, George Madani mengalami alergi, bengkak dan syok anafilaksis setelah tergigit Kukang kayan (Nycticebus kayan) di wilayah pedalaman Malaysia. Kasus manusia tergigit kukang jenis ini merupakan yang pertama kali terjadi.
Ceritanya, Madani tergigit oleh kukang pada bagian jarinya. Hanya dalam waktu 33 menit bagian mukanya mulai membengkak dan berlanjut dengan reaksi-reaksi lainnya. Kondisi kesehatannya membaik setelah dirawat di klinik dan diberikan dosis adrenalin.
Pengalaman Madani digigit kukang ini bisa kamu tonton di seri dokumenter Netflix "72 Dangerous Animals Asia" episode tiga atau di link berikut (https://www.netflix.com/title/80165437).
Kasus gigitan kukang hingga pingsan juga pernah terjadi di Indonesia. Seperti diberitakan tribunnews, pada tahun 2020 seorang warga Sukabumi dilarikan ke rumah sakit karena muntah-muntah dan pingsan setelah terkena gigitan satwa malam ini. Setelah dirawat oleh medis, beruntung kondisi kesehatan warga ini juga membaik.
Mengejutkannya lagi, meski sempat pingsan karena gigitan oleh kukang, warga ini tak dendam dan malah menyerahkan kukang yang menggigitnya tersebut ke pihak berwenang untuk dilestarikan. Salut!
Banyak masyarakat yang belum tahu bahayanya gigitan kukang. Gigitan kukang yang berbahaya dapat dihindari dengan tidak menganggu dan menyerang kukang. Salah satu caranya tentu dengan melestarikan dan membiarkan kukang hidup bebas di alam, iya ngga?