Bagaimana cara membuat kukang jinak?
Sebagai animal lover tentunya sangat tertantang untuk bisa menjinakkan hewan peliharaannya. Oleh karena itu dibutuhkan usaha dan latihan kepada hewan peliharaan agar perilaku mereka bisa jinak menuruti kemauan si owner atau setidaknya paham jika owner melakukan sesuatu maka itu adalah perintah buat si hewan peliharaan.
Khusus kukang, tentunya cara menjinakkannya tidaklah mudah. Apalagi kukang adalah satwa liar yang memiliki insting dan naluri liar. Kukang memang lambat dan terkesan jinak, namun insting kukang secara alami akan melihat manusia sebagai ancaman/predator. Kukang akan cenderung menjaga jarak atau ketakutan bila dekat dengan manusia. Bahkan untuk meng-handling kukang sangatlah tidak mudah.
Dalam kondisi terancam, kukang dapat menyerang melalui gigitannya yang runcing serta mengakibatkan luka yang serius. Tidak hanya itu saja, gigitan kukang mengandung bisa (venom) yang membahayakan bagi manusia. Bisa kukang dapat menyebabkan reaksi alergi anafilaksis yang memungkinkan merenggut nyawa jika tidak ditangani lebih lanjut.
Baca juga:
Awas! Potensi Penyakit Pada Kukang Yang Dipelihara
Daftar Alamat dan Call Center BKSDA
Biasanya, pedagang kukang memiliki trik agar kukang yang dijual dapat jinak dan akhirnya mudah di-handling/nurut sama si calon pembeli. Dengan cara ini, kukang yang cenderung agresif akan lebih tenang sehingga tidak membahayakan si pemelihara.
Untuk tahu lebih jelasnya cara menjinakkan kukang, cek video berikut
Nah, apakah sekarang masih berminat untuk memelihara kukang?
Supaya lebih yakin tentang cara menjinakkan kukang, faktanya memang 90% kukang peliharaan mengalami pemotongan gigi secara paksa. Hal ini menjadi penyebab utama umur kukang jadi lebih cepat dan rata-rata hanya bertahan selama 6 bulan saja di tangan pemelihara. Selebihnya, kukang yang bertahan hidup lebih lama akan menderita kesakitan akibat infeksi pada gusi dan mulut yang diperparah dengan pola makanan berkadar gula tinggi.
Ironis sebetulnya ketika ekspresi kasih sayang kita terhadap makhluk Tuhan yang lucu ini justru harus melalui proses kejam yang menyakitkan.
Mungkin kita perlu bertanya pada diri sendiri, apakah mencintai itu memang (harus) selalu menyakiti? Atau kita terlalu dibutakan oleh cinta?