Enam kukang sumatera dilepasliarkan oleh Balai besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat bersama BKSDA Bengkulu SKW III Lampung dan Yayasan IAR Indonesia (YIARI) di kawasan hutan lindung Batutegi, Resor Way Sekampung, Lampung pada Jumat (23/7/2022).
Kukang bernama ilmiah Nycticebus coucang ini merupakan satwa hasil rehabilitasi yang dilakukan di pusat rehabilitasi YIARI di Bogor, Jawa Barat. Keenam kukang tersebut terdiri dari 3 individu berjenis kelamin betina yang bernama Tigan, Murphy dan Anjay. Sementara sisanya terdiri dari 3 individu berjenis kelamin jantan yang bernama Sukhoi, Lulu dan Terserah.
Plt. Kepala Balai BBKSDA Jawa Barat, Himawan Sasongko menjelaskan bahwa Tigan adalah kukang serahan dari BBKSDA Jawa Barat pada November 2021, sedangkan Murphy serahan dari BBKSDA Jawa Timur pada bulan dan tahun yang sama, keduanya merupakan kukang yang diselamatkan dari kasus pemeliharaan ilegal satwa liar dilindungi oleh warga.
“Lulu adalah kukang yang diselamatkan oleh BBKSDA Jawa Barat SKW I Serang dari perdagangan satwa liar ilegal pada November 2013. Ketiganya dititiprawatkan di pusat rehabilitasi satwa Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia (YIARI) Ciapus, Kabupaten Bogor, Jawa Barat untuk menjalani penanganan medis dan proses rehabilitasi sebelum dikembalikan lagi ke habitat aslinya,” ujarnya seperti yang disampaikan melalui siaran pers.
Sementara, lanjutnya, ketiga kukang lainnya, Anjay, Sukhoi, dan Terserah merupakan kukang sumatera yang direhabilitasi sejak bayi di pusat rehabilitasi satwa Yayasan IAR Indonesia Ciapus, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Sukhoi mulai dirawat sejak 14 Mei 2012. Kemudian, Anjay dan Terserah masing-masing mulai dirawat sejak 9 Juni 2020 dan 14 Maret 2021.
Baca juga : Diselamatkan di Jalanan, Kukang Akhirnya Kembali ke Hutan
Himawan menuturkan lokasi area pelepasliaran enam kukang sumatera ini ditetapkan setelah melalui proses survei. “Kawasan Hutan KPHL Batutegi dinilai memenuhi persyaratan yang diperlukan seperti karakteristik habitat, yaitu berupa hutan campuran, hutan dataran rendah dengan gugus perbukitan yang mempunyai struktur dan komposisi yang beragam,” katanya.
Kawasan yang berada pada ketinggian 200 – 1700 m dpl ini memiliki ketersediaan pakan melimpah, seperti tumbuhan kaliandra merah (Calliandra calothyrsus), tepus (Hornstedtia megalochelius), meranti (Shorea ssp.), suren (Toona sureni), dan tumbuhan herba lainnya serta serangga, reptil dan burung kecil yang juga merupakan pakan kukang.
“Kondisi populasi kukang sumatera yang stabil dan sering dijumpai di kawasan ini, ditambah tingkat ancaman dan gangguan yang rendah, serta kondisi sosial budaya masyarakat yang tinggal berbatasan dengan kawasan tersebut sudah memiliki kesadaran mengenai pentingnya menjaga kukang menjadikan kawasan ini ditetapkan sebagai lokasi yang tepat untuk pelepasliaran,” terang Himawan.
Baca juga : Damkar Evakuasi Kukang Temuan Warga di Kuningan
Jarak yang ditempuh menuju lokasi ±27 kilometer dari Batutegi dengan transportasi darat, dilanjutkan dengan perahu lalu berjalan kaki. Kegiatan ini diawali dengan membangun kandang habituasi yang berfungsi sebagai sarana adaptasi bagi kukang di lokasi baru.
“Proses habituasi dilakukan selama satu minggu, dengan mengamati perilaku dan kesehatan keenam kukang tersebut. Apabila dinilai baik dalam beradaptasi dilingkungan barunya, maka dapat dilepasliarkan dari kandang habituasi ke alam bebas,” ujarnya.
Himawan berharap satwa ini akan beradaptasi dengan baik di habitatnya di Kawasan Hutan Lindung Batutegi serta berkembangbiak di masa depan.
Sementara, Direktur Program YIARI, Karmele Llano Sanchez berharap dengan pelepasliaran kukang sumatera ini ke habitatnya, masyarakat bisa terus menjaga alam dan terutama hutan.
“Supaya makin banyak rumah tempat satwa-satwa liar itu bisa kembali pulang. Dukungan dari pemerintah, terutama dalam hal ini pihak BBKSDA Jawa Barat, BKSDA Bengkulu dan KPH Batutegi Lampung sangat kami apresiasi dan semoga makin banyak pihak-pihak pemerintah dan masyarakat bisa terlibat dalam kegiatan semacam ini.” tuturnya.