Insting seorang ibu untuk melindungi anaknya ternyata tidak hanya dimiliki oleh manusia saja, karena nyatanya hal ini juga dapat ditemukan pada satwa. Setiap induk satwa memiliki cara yang berbeda dalam melindungi anaknya, tergantung dengan kemampuan fisik maupun adaptasi fisiologisnya masing-masing.
Induk kukang dalam hal ini memiliki cara yang unik. Bayi kukang akan bergelantungan pada perut induknya dari sejak lahir hingga umumnya berusia enam minggu, namun akan di-“parkir”-kan atau ditinggalkan sendirian di pohon tidur saat induknya mencari makan.
Peristiwa ini tentu saja akan membuat bayi kukang rentan terhadap predator. Menyadari hal ini, induk kukang akan menjilati seluruh tubuh bayi kukang dengan bisa-nya sebelum ditinggalkan. Usut punya usut, ternyata bau yang dikeluarkan dari bisa sang induk mampu mencegah predator mendekat. Sehingga bayi kukang aman saat parkir.
Banyak spesies mamalia yang menggunakan bau untuk mengusir predator. Caranya dengan mengunyah atau bahkan menelan bahan tumbuhan sumber senyawa obat, dan menggosokkannya pada tubuh mereka untuk membuat diri mereka beraroma tidak sedap.
Kukang, dapat mengaktifkan zat toksik mereka sendiri menggunakan campuran air liur dan sekresi kelenjar brakialis yang terdapat di sisi dalam kedua lengan mereka. Tidak hanya bermanfaat sebagai mekanisme pertahanan diri saat terancam, ternyata bisa kukang juga dapat mereka gunakan untuk mengusir predator.
Baca juga : Mitos Kukang, dari Media Sihir hingga Satwa Pembawa Sial
Usir predator
Berdasarkan hasil penelitian, bisa kukang terbukti ampuh untuk mengusir predator yang berorientasi pada penciuman, yaitu macan tutul (Panthera pardus), harimau (Panthera tigris), macan dahan (Neofelis nebulosa), beruang madu (Helarctos malayanus), musang luwak (Paradoxurus hemaphroditus), dan binturong (Arctictis binturong).
Meskipun begitu, ternyata hal yang sama tidak terjadi terhadap predator yang berorientasi pada penglihatan. Mereka menunjukkan sedikit sampai tidak adanya reaksi terhadap bisa kukang, beberapa predator yang dimaksud yaitu burung elang dari genus Spizaetus dan Spilornis.
Tidak hanya itu saja, bisa kukang ternyata juga berefek mematikan terhadap ektoparasit atau kutu yang umumnya banyak dijumpai pada primata. Ektoparasit berdampak negatif pada keberhasilan reproduksi dan kelangsungan hidup inang.
Baca juga: Kukang Jenglot: Bahaya Zoonosis Skabies Pada Kukang
Banyak jenis primata yang melakukan grooming (menelisik atau mencari kutu) antar sesama individu dalam kelompok untuk mengusir ektoparasit ini. Lain hal dengan kukang yang memiliki sifat soliter atau hidup menyendiri, efek toksik dari bisa mereka sangat berguna untuk membunuh ektoparasit di bagian tubuh yang tidak terjangkau.
Dari sini kita dapat mengetahui betapa berbahayanya bisa kukang. Studi yang dilakukan oleh Madani dan Nekaris bahkan menunjukkan bahwa pria berbobot 80 kg mengalami reaksi anafilaksis berat saat digigit kukang berusia remaja. Jadi, kalau teman-teman ketemu sama kukang di alam, jangan coba-coba didekati ya!