Sebagai satwa yang aktif di malam hari atau disebut nokturnal, kukang sangat sensitif terhadap cahaya terang. Mata kukang beradaptasi di malam hari dan dapat memantulkan sinar berwarna jingga saat terkena cahaya seakan glow in the dark.
Pantulan cahaya ini muncul karena kukang memiliki sebuah lapisan bernama tapetum lucidum pada bagian belakang retina yang sangat sensitif terhadap cahaya. Lapisan ini tidak dapat ditemukan di primata nokturnal lainnya.
Dari penelusuran sejarah primata, sepupu primata kukang dulunya juga memiliki lapisan ini. Namun, karena diantara mereka terdapat kesamaan nenek moyang yang aktif di siang hari, kini mereka telah kehilangan lapisan tersebut. Beberapa primata yang dimaksud adalah Monyet Dunia Lama dan Monyet Dunia Baru, kera besar, manusia, dan juga tarsius.
Sorot cahaya mata glow in the dark ini memudahkan peneliti untuk mendeteksi keberadaan kukang di alam dalam kondisi gelap gulita. Namun, Sorot cahaya mata kukang yang berwarna jingga kerap tertukar dengan sorot mata musang.
Kukang berbagi habitat dengan Musang Bulan yang mengeluarkan sorot cahaya mata berwarna kehijauan. Demi menghindari kesalahan dalam menyimpulkan kehadiran satwa ini di alam, kita perlu memperhatikan karakteristik lain. Selain sorot mata yang berwarna oranye, kedipan mata dan bentuk mata (cahaya oranye) yang bulat juga perlu diperhatikan.
Baca juga : Dilabeli Hama dan Pembawa Sial, Nyatanya Kukang Penting Bagi Ekosistem
Terpengaruh intensitas cahaya
Sebagai satwa yang aktif di malam hari, umumnya kukang meninggalkan sarang tidurnya menjelang malam tiba dan kembali sebelum fajar. Pergerakan kukang sangat aktif pada pukul 9 sampai 12 malam dan akan menurun drastis saat mulai terbitnya matahari. Pergerakan atau aktivitas jelajah kukang ternyata dipengaruhi oleh intensitas cahaya.
Hal ini disebutkan pada penelitian yang dilakukan saat peristiwa gerhana matahari yang terjadi pada tahun 2016 silam. Para peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melakukan penelitian mengenai respons fauna terhadap Gerhana Matahari di penangkaran hewan Cibinong Science Center LIPI di Cibinong, Bogor, Jawa Barat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kukang aktif melakukan aktivitas saat fenomena gerhana matahari tersebut sedang terjadi, yaitu pada pukul 07.30 WIB seperti dikutip dari kompas.com.
Wartika Rosa Farida, Peneliti LIPI Bidang Laboratorium Nutrisi dan Penangkaran Satwa Liar Pusat Penelitian Biologi LIPI, mengatakan bahwa pada pukul 07.30 WIB kukang mengira bahwa hari sudah gelap sehingga mereka kembali bangun dan terjaga. Sedangkan saat terang kukang menunjukkan perubahan perilaku dengan menggulungkan diri, meringkuk, bersembunyi di pohon, atau tidur di tanah. Hal ini lantas membuktikan bahwa pergerakan atau aktivitas jelajah kukang dipengaruhi oleh intensitas cahaya.
Baca juga : 5 Fakta Kukang, Si Primata Pemalu Bermata Bulan
Bukan hewan peliharaan
Sifat kukang sebagai satwa nocturnal menjadi salah satu alasan mengapa kukang adalah pilihan terburuk untuk dijadikan hewan peliharaan. Kukang yang dipelihara akan secara tidak langsung dipaksa untuk terjaga sepanjang hari dan melihat dunia di bawah sinar terang, yang mana bertolak belakang dengan sifat alami mereka
Tak hanya hal ini akan menyakiti mata kukang, ritme sirkadian mereka juga akan terganggu. Ritme sirkadian adalah proses internal dan alami suatu makhluk hidup yang mengatur siklus tidur dan bangun yang terulang setiap 24 jam. Tekanan dari ‘dipaksa untuk menjadi diurnal’ akan menjadi salah satu faktor yang bisa berujung kematian.
Di alam, kukang hanya akan melakukan pergerakan pada siang hari apabila mereka merasa terancam oleh keberadaan predator atau pemburu. Hal ini terlihat dalam video-video kukang peliharaan yang tersebar di youtube. Dalam video terlihat gerakan tubuh mereka menandakan rasa takut saat dipegang oleh manusia.
Kukang yang merasa terancam akan mengangkat kedua tangannya sehingga mereka dapat lebih mudah mengakses sekresis kelenjar brakialis yang bisa mereka ubah menjadi racun. Kedua tangan yang terangkat seringkali disalahpahami dan dibilang menggemaskan, padahal itu merupakan salah satu cara kukang dalam melindungi diri dari ancaman.