BKSDA Kalbar melalui Tim Gugus Tugas Evakuasi dan Penyelamatan Tumbuhan dan Satwa Liar (TSL) kembali melakukan evakuasi terhadap satwa liar berupa Kukang.
Satwa yang aktif pada malam hari atau nocturnal ini diserahkan secara sukarela oleh warga bernama Ali Aswat, warga Graha Bumi Katulistiwa, Pontianak pada 13 September 2016.
“Berdasarkan keterangan, satwa itu ditemukan di sekitar alamat yang bersangkutan sekitar 1 minggu yang lalu,” kata Kepala BKSDA Kalbar Sustyo Iriyono.
Selanjutnya satwa diamankan di kandang transit Balai KSDA Kalimantan Barat untuk selanjutnya rencana dititip rawatkan dan direhabilitasi di YIARI Ketapang.
Dikatakan Sustyo, pada Kamis, 15 September 2016 sekitar pukul 13.30, BKSDA Kalimantan Barat kembali menerima penyerahan Kukang secara sukarela dari masyarakat.
Satwa yang memiliki nama latin Nycticebus coucang ini diserahkan oleh Effendi, warga Jalan Dr. Wahidin, Pontianak.
Menurutnya, satwa ini dibeli oleh Effendi dari warga kampung Selayar Kabupaten Mempawah dengan harga Rp300.000 dan telah dipelihara selama 3 tahun.
“Selanjutnya satwa diamankan di kandang transit Balai KSDA Kalimantan Barat untuk selanjutnya rencana dititiprawatkan dan direhabilitasi di YIARI Ketapang,” katanya.
Menurut Sustyo, penyerahan secara sukarela terhadap satwa liar dilindungi ini merupakan bukti kepedulian masyarakat populasi dan habitat satwa liar. Untuk itu pihaknya terus menghimbau agar masyarakat yang masih memelihara satwa liar untuk segara menyerahkan ke BKSDA Kalbar yang kemudian untuk dilakukan pelepasan liar.
Kukang merupakan jenis primata yang terancam punah. Di Indonesia, berdasarkan ekologi dan persebarannya, terdapat tiga spesies kukang yaitu kukang jawa (Nycticebus javanicus), kukang sumatera (Nycticebus coucang), dan kukang kalimantan (Nycticebus menagensis).
Ada dua cara yang dapat dilakukan untuk membedakan ketiga jenis tersebut. Pertama, dari berat badan.
Kukang Jawa beratnya sekitar 900 gram, sementara Kukang Sumatera sekitar 700 gram, dan Kukang Kalimantan kira-kira 600 gram.
Kedua, berdasarkan cirinya. Kukang Jawa memiliki punuk terang yang lebih indah bila dibandingkan dengan Kukang Sumatera dan Kukang Kalimantan yang berwarna coklat keabu-abuan.
Berdasarkan data IUCN (International Union for Conservation of Nature), Kukang Jawa masuk dalam status Kritis (Critically Endangered/CR) atau satu langkah menuju kepunahan di alam. Sementara Kukang Sumatera dan Kukang Kalimantan statusnya adalah Rentan (Vulnerable/VU) atau tiga langkah menuju kepunahan di alam.
Penampilannya yang lucu, imut dan menggemaskan ini, membuat banyak masyarakat umum kerap menjadikan primata ini sebagai hewan peliharaan. Padahal semua jenis Kukang telah terancam oleh kepunahan. (arf)
Sumber berita : pontianakpost.co.id