Pernah lihat postingan medsos yang isinya foto orang bersama satwa liar? misalkan ada cewe kece lagi elus-elus atau gendong-gendong satwa? Ternyata foto bareng satwa liar bisa tingkatkan perburuan dan perdagangan ilegal satwa, hah kok bisa?
Dalam sebuah penelitian dari Cronin, dkk., ketika orang melihat foto satwa liar yang bersanding dengan manusia, atau kondisi dimana ia tidak berada dalam kondisi alaminya, ternyata dapat timbulkan keinginan penontonnya untuk memelihara satwa tersebut.
Untuk mengetahui pengaruhnya, dua jenis satwa liar yaitu ular sanca (Malayophyton reticulatus) dan kungkang berjari dua (Choloepus hoffmanni) difoto dalam berbagai konteks visual. Foto-foto tersebut kemudian ditunjukkan kepada responden dan dipersilahkan untuk mengisi kuesioner berisi pertanyaan terkait keinginan mereka untuk memelihara satwa.
Menariknya, sebanyak 39% responden mengatakan kalau mereka jadi ingin pelihara kungkang setelah lihat foto-foto tersebut, sementara 21% bilang tertarik ingin pelihara ular.
Pengaruh eksposure tidak natural
Ternyata, hal ini didorong oleh bagaimana media memberikan eksposure yang tidak natural terhadap satwa liar. Seperti foto satwa saat bersama turis atau satwa di dalam kandang. Berbeda ketika diperlihatkan foto satwa liar berada di kebun binatang dengan latar alami atau ketika berada di habitat mereka, para responden cenderung tidak tertarik untuk memelihara.
Baca juga : Hati-hati, ternyata kukang memiliki racun berbahaya!
Selain faktor visual, ternyata generasi umur juga berpengaruh loh. Disebutkan bahwa generasi muda lebih tertarik untuk memelihara satwa liar (non-domesticated animal) dibandingkan generasi tua. Anak-anak atau remaja cenderung memiliki rasa ketertarikan dan kepedulian yang lebih tinggi pada satwa liar. Sementara berbeda dengan orang yang sudah tua, seiring waktu mereka cenderung tidak lagi tertarik untuk memelihara satwa.
Tren pelihara satwa liar
Gak cuman soal foto bareng satwa, ternyata tren memelihara satwa liar yang ditunjukkan di internet, khususnya media sosial, juga mempengaruhi keinginan masyarakat untuk ikutan pelihara. Misal nih, ada influencer yang pelihara harimau di rumahnya, otomatis masyarakat jadi kepengen ikutan pelihara.
Bahasa kerennya, tren ikut-ikutan pelihara satwa liar ini disebut juga bandwagon effect . Efek ini cenderung membuat orang untuk meniru atau mengadaptasi perilaku orang lain. Efek ini bisa jadi positif, tapi bisa jadi negatif juga. Contoh positifnya orang-orang lebih aware sama satwa, tapi negatifnya malah jadi pengen pelihara satwa.
Tingkatkan perburuan
Tingginya permintaan untuk memiliki satwa ini malah cenderung tingkatkan perburuan dan perdagangan ilegal satwa liar di Indonesia. Satwa-satwa liar yang seharusnya dilindungi populasi dan habitatnya, malah diburu untuk kesenangan individual semata.
Kalau perburuan dan perdagangan ilegal meningkat, otomatis bakal mempengaruhi populasi mereka di alam bebas. Selain itu juga bakal mengganggu upaya konservasi untuk melestarikan keberadaan mereka di habitatnya. Bukannya lestari malah punah yekan!
Kalau satwa sampai punah di hutan, bisa-bisa nanti isi hutannya kosong. Kehidupan hutan yang bertumpu pada ekosistem lama-lama hancur. Tanpa disadari, kehancuran hutan bakal berpengaruh besar sama kehidupan manusianya juga. Nah kan, jadi ngerugiin sejuta umat!
Mulai saat ini, yuk kita lebih bijak dalam memposting foto bersama satwa liar. Jangan sampai foto kalian bersama satwa malah jadi boomerang. Bukannya keliatan keren dan kece, kalian malah ikut andil dalam penurunan populasi satwa liar di habitatnya, hayoloh!