Tahukah kamu jika penggunaan satwa liar sebagai bahan hiburan sudah ada sejak tahun 2000 sebelum masehi? gladiator pada zaman romawi kuno merupakan salah satu bukti yang sama-sama kita ketahui. Mempertemukan manusia dengan harimau untuk menguji kekuatan dan
tentunya hiburan. Zaman tersebut manusia belum mengenal apa itu konservasi dan kesejahteraan satwa. Banyak satwa dijadikan sebagai hiburan semata atau managerie, selain itu juga satwa eksotis dijadikan sebagai sesajen hubungan antar kerajaan.
Namanya saja sudah diiringi dengan kata kuno, berarti sudah tidak cocok dengan zaman
sekarang ini. Namun mirisnya hingga saat ini hal-hal kuno tersebut masih eksis dikalangan
masyarakat Indonesia. Kamu butuh buktinya lagi? tidak perlu berpikir keras! topeng monyet
salah satunya.
Topeng monyet merupakan hal kuno dan penyiksaan terhadap satwa yang berkedok hiburan,
bagaimana tidak! Zaman sekarang ini Kamu masih mau dibilang kuno? Topeng monyet sangat
tidak sesuai dengan aspek kesejahteraan satwa, istilah ini teman-teman lebih sering mendengarnya dengan animal welfare atau five freedoms. Topeng monyet akan menyiksa satwa baik secara fisik maupun mental. Mari kita bahas aspek kesejahteraan satwa apa saja yang dilanggar dari atraksi topeng monyet!
Bebas dari rasa lapar dan haus
Makan dan minum merupakan kunci utama dari kehidupan satwa. Sayangnya acap kali satwa malang ini harus mengikuti paksaan oknum pengamen topeng monyet. Tidak peduli dengan situasi dan kondisi yang dialami, oknum ini tidak memperhatikan makanan dan nutrisi apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh satwa. Nasi, roti, atau makanan yang semestinya dimakan oleh manusia dijadikan makanan pokok untuk monyet-monyet ini. Belum lagi, satwa ini harus tersiksa mengalami kelaparan dan dehidrasi di tengah pertunjukan topeng monyet. Hasil penelusuran Jakarta Animal Aid Network (JAAN) yang dikutip dari detiknews, seringkali pemilik tidak memberikan makan, agar monyet terus berlatih. Kita saja bisa kelaparan dan kehausan jika tidak makan atau minum dalam sehari, apalagi mereka!
Bebas dari rasa tidak nyaman
Bayangin setiap harinya monyet-monyet ini dilatih dengan cara yang gak banget. Tangan diikat ke belakang, leher diikat dengan rantai besi, dan dipaksa duduk berjam-jam. Pastinya tindakan itu bikin monyet gak nyaman dan tersiksa. Jika Kamu dipaksa seperti itu, tentunya Kamu akan merasa tidak nyaman dan tersiksa bukan?
Baca juga : Hari Primata Indonesia 2023 : Semua Primata itu Berarti
Bebas dari rasa sakit, penyakit, dan cedera
Monyet yang ada di atraksi biasanya melewati proses penjinakan. Nah proses ini menimbulkan dampak yang mengerikan loh. Oknum-oknum ini tega memukul dan menganiaya monyet, katanya sih agar mengikuti keinginan pelaku alias nurut. Dampaknya banyak monyet yang mengalami luka dan cedera. Tidak hanya itu, oknum nakal ini tanpa segan memotong dan mencabut taring monyet dengan sembarangan sehingga monyet mengalami infeksi mulut. Adanya infeksi pada satwa ini dapat berujung pada penyebaran penyakit zoonosis ke manusia. Wah ngeri banget ya!
Bebas untuk mengekspresikan perilaku alami
Di alam bebas, monyet memiliki perilaku alamiah yang jauh berbeda dengan atraksi di topeng monyet. Perilaku sesungguhnya ini seperti bergelantungan di pohon, grooming, dan berinteraksi dengan sesama monyet. Sedangkan naik sepeda, enggrang, bakiak, ataupun hal lain adalah perilaku yang ditunjukan melalui topeng monyet. Perilaku itu membuat monyet seolah berlagak seperti manusia. Nah perilaku yang layaknya manusia ini bisa berdampak pada persepsi masyarakat. Bisa saja mereka yang nonton jadi mengira bahwa monyet ini punya perilaku yang mirip banget sama manusia dan dapat mendorong motivasi pemeliharaan monyet loh!
Bebas dari rasa takut dan stres
Siksaan yang diterima oleh para monyet akan berujung pada timbulnya rasa takut, trauma, dan stres. Nah ciri dari monyet yang stres ini cukup gampang untuk dilihat. Stres pada monyet biasanya diinisiasi dengan perilaku berputar tanpa arah, suka menyendiri, sering mencabut rambut tubuhnya sendiri, serta cenderung lebih agresif dan suka menyerang. Bahkan rasa takut dan stres ini dapat mengakibatkan kematian pada si monyet!
Para oknum topeng monyet biasanya mengeksploitasi jenis monyet ekor panjang (Macaca
fascicularis), yang menurut International Union for Conservation of Nature and Natural
Resources (IUCN) sudah masuk kedalam kategori terancam punah.
Baca juga : Iseng yang Menyiksa, Konten Satwa yang Kelihatan Harmless Padahal Kejam!
Topeng monyet langgar peraturan
Selain melanggar Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Pasal 302, topeng monyet juga
melanggar Peraturan Kementerian Nomor 95 Tahun 2012 tentang Kesehatan Masyarakat
Veteriner dan Kesejahteraan Hewan, Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 Pasal 66 Ayat 2
tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan, Peraturan Daerah Nomor 22 Tahun 1995 tentang
Pengawasan Hewan Tentang Rabies, Peraturan Daerah Nomor 2007 Pasal 11 Ayat 2 tentang
Ketertiban Umum. Tidak tanggung-tanggung, hukuman bagi para oknum topeng monyet
adalah hukuman penjara!
Topeng monyet merupakan hal kuno yang menyiksa satwa liar dan dikemas dalam bentuk
atraksi yang katanya menghibur. Dengan menikmati dan menonton atraksi tersebut,
mengartikan bahwa Kamu turut serta dalam mendukung tindakan penyiksaan tersebut. Sekali
lagi, jangan sampai kemajuan zaman, justru malah menyebabkan kemunduran dalam berpikir
dan bertindak!
Selamat hari macaca internasional! Mari kita bersama hentikan penyiksaan dan kekejaman terhadap monyet ekor panjang di Indonesia!