Jumat malam, tanggal 4 Januari adalah hari ketika Wahid si kukang jawa tiba di pusat rehabilitasi IAR. Di dalam boks angkut, ia menyembunyikan wajahnya dibalik dedaunan rimbun yang sengaja disimpan di dalamnya. Setiap kali tutup boks dibuka, ia berjalan mundur secara perlahan, bersiaga jika kehadiran kami yang asing adalah ancaman baginya.
Wahid sebelumnya berasal dari serahan masyarakat Bandung secara sukarela, kepada BBKSDA Jabar pada akhir tahun lalu. Tidak diketahui secara pasti, asal usulnya dan sudah berapa lama Wahid tinggal dalam penanganan manusia.
Keesokan paginya, dokter memeriksa kondisi fisik Wahid. Hasilnya cukup mengejutkan, meski terlihat sehat ternyata kondisi gigi Wahid mengalami infeksi di beberapa bagian. Patahan gigi taring sebelah kiri dan juga gigi seri, serta kondisi gusi yang membengkak dan goyah.
Saat berat badan Wahid ditimbang, beratnya jauh dari berat ideal kukang jawa liar. Dengan berat 1200 gram, bagi kukang ini bisa dikatakan obesitas. Dengan kondisi gigi dan berat yang sudah obesitas, bisa diasumsikan bahwa Wahid dipelihara cukup lama di tangan manusia.
Pola pemeliharaan kukang terkadang memicu munculnya gangguan kesehatan. Pemelihara terbiasa memberikan pakan standar pada kukang yaitu buah pasar. Bahkan pemberian pakan kadang mengikuti pola konsumsi harian si pemelihara yang seadanya.
Buah memang termasuk jenis pakan kukang, tapi bukan berarti buah pasar adalah makanan yang ideal untuk memenuhi nutrisinya. Sama halnya seperti manusia, kandungan gula yang tinggi dapat memicu obesitas. Sisa makanan yang mengendap pada gusi dapat menjadi tempat tumbuhnya bakteri, sehingga dapat menyebabkan infeksi pada gigi dan gusi.
Apa yang dialami oleh Wahid adalah kisah tragis yang kerap dialami oleh kukang eks-peliharaan. Hanya sedikit di antara kukang-kukang eks-peliharaan yang masih memiliki kesempatan untuk bisa kembali dilepasliarkan.
Asa untuk Wahid
Empat hari setelah perawatan di karantina, dokter memutuskan untuk membawa Wahid ke meja operasi. Patahan gigi yang telah membusuk harus segera diangkat sebelum infeksinya menyebar di seluruh gigi Wahid.
Dalam keadaan terbius, gigi-gigi Wahid yang busuk dicungkil dan dicabut. Melihat proses operasi gigi kukang secara langsung terlihat sangat mengerikan. Tapi jika membayangkan bagaimana Wahid berhadapan dengan tang yang mematahkan gigi-gigi kecilnya, tanpa anestesi, jelas itu jauh lebih mengerikan dan menyakitkan.
Menyisakan satu gigi taring adalah setengah asa bagi Wahid. Menurut dokter, ia masih memungkinkan untuk bisa dilepasliarkan kembali.
Untuk memenuhi asa tersebut ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh Wahid. Yang paling utama saja ia harus memulihkan kondisi fisiknya pasca operasi. Wahid juga harus menjalani diet yang sesuai agar berat badannya kembali ideal. Selain itu dan tak kalah penting, aktivitas Wahid menunjukkan perilakunya yang alami selayaknya kukang liar di alam.
Proses tersebut tentu saja membutuhkan waktu yang tak sebentar. Berbagai tahapan perawatan dan kontrol kesehatan harus dijalani Wahid agar ia bisa sembuh dan memenuhi harapannya untuk hidup bebas kembali.
Cepat sembuh Wahid, cepatlah kembali pulang.