Pagi tadi kami dikejutkan oleh kabar dari dokter IAR Indonesia yang merawat Lintang.
Lintang sudah tak ada, begitu ucapnya.
Sedih tentu saja, karena perjuangan dan harapan kami beserta kawan kawan yang sudah berusaha menolongnya harus berakhir dengan kepergiannya. Kami ingin Lintang pulih, atau setidaknya kondisi tubuhnya stabil supaya bisa dioperasi. Sayangnya ia tak bisa bertahan lebih lama lagi.
Luka pada tangan lintang dan peluru senapan angin bukanlah kasus pertama yang dihadapi oleh tim dotkter. Namun gejala dan reaksi tubuh Lintang baru kali ini ditemukan pada kukang.
Berdasarkan pengamatan dokter, Lintang seringkali mengalami kejang kejang. Membuatnya sulit untuk bisa menerima asupan nutrisi. Kejadian ini baru pertama kali dihadapi oleh dokter pada kukang.
Gejala kejang kejang didiagnosa adalah gejala tetanus. Luka yang kotor menjadi tempat tumbuhnya bakteri tetanus, yang kemudian menyerang sistem syaraf. Antiobiotik sudah diberikan di hari pertama Lintang tiba di klinik, namun sayang sudah terlambat untuk menghambat pertumbuhan bakteri.
Selamat jalan Lintang.
Tuhan baik tak ingin membiarkanmu menderita lebih lama lagi. Maafkan kami yang belum bisa menyembuhkanmu. Tapi kami tak akan berhenti hingga di sini, penderitaanmu akan menjadi pengingat kami bahwa kejahatan satwa dan teror senapan angin harus terus dilawan.
Beristirahat yang damai teman kecil, selamat menjelajah di alam sana.
Jangan takut, Tuhan tak akan mengizinkan orang jahat memburumu lagi.