Sebanyak 19 kukang jawa hasil rehabilitasi dilepasliarkan di hutan kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS), Resort Pengelolaan Taman Nasional Wilayah (PTNW) Gunung Botol, Jawa Barat pada Senin (12/12).
Pelepasliaran belasan kukang jawa atau Nycticebus javanicus ini dilakukan oleh tim gabungan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat bersama Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak (BTNGHS), dan Yayasan IAR Indonesia (YIARI).
Kepala Balai BBKSDA Jawa Barat, Irawan Asaad, mengatakan bahwa kukang-kukang yang dilepasliarkan telah diperiksa kesehatannya oleh dokter hewan, dan telah dinyatakan sehat.
“Dari rangkaian proses mulai dari evakuasi, hingga pelepasan Sembilan belas ekor satwa kukang ini kita belajar bahwa kolaborasi para pihak termasuk masyarakat dalam upaya konservasi satwar liar mutlak perlu dilakukan,” ujarnya.
Sembilan belas kukang jawa tersebut, lanjutnya, terdiri dari 13 individu kukang betina bernama Arsi, Incess, Jet, Krev, Maroon, Pahing, Rael, Relish, Rem, Respati, Slow, Slowmo, dan Travis, serta kukang jantan sebanyak 6 individu bernama Aurette, Egi, Lawson, Pelupu, Scar, dan Pipiw.
“Kukang-kukang ini berasal dari penyerahan warga di sekitar Jawa Barat ke BBKSDA Jawa Barat, penyerahan ke BKSDA Yogyakarta, dan temuan akibat kecelakaan atau terluka. Kukang-kukang ini dititiprawatkan di pusat rehabilitasi satwa Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia (YIARI) Ciapus, Kabupaten Bogor, Jawa Barat untuk menjalani penanganan medis dan proses rehabilitasi sebelum dikembalikan lagi ke habitat aslinya,” kata Irawan.
Baca juga : Kukang Jawa Dievakuasi dari Lokasi Gempa Cianjur
Menurutya, pemilihan lokasi pelepasliaran telah melalui proses survei panjang selama berbulan-bulan.
“Kawasan seluas 113.357 ha ini dinilai memenuhi persyaratan karakteristik habitat yang diperlukan berupa hutan hujan dataran rendah, hutan hujan pegunungan bawah, dan hutan hujan pegunungan tengah,” jelasnya
Kawasan yang berada pada ketinggian 100 – 1929 m dpl ini juga memiliki ketersediaan pakan melimpah, seperti tumbuhan puspa (Schima wallichii), bubuay (Plectocomia elongata), suwangkung (Caryota rumphiana), rotan (Calamus sp.), dan tumbuhan herba dan pancang lainnya serta serangga, reptil dan burung kecil seperti kutilang yang juga merupakan pakan kukang.
“Populasi kukang jawa jarang dijumpai di kawasan ini sehingga tingkat kompetisi para kukang yang akan dilepasliarkan untuk mencari makanan menjadi rendah,” terangnya.
Ditambah lagi dengan tingkat ancaman dan gangguan yang rendah, serta kondisi sosial budaya masyarakat yang tinggal berbatasan dengan kawasan tersebut sudah memiliki kesadaran mengenai pentingnya menjaga kukang menjadikan kawasan memenuhi semua syarat dan cocok untuk menjadi lokasi pelepasliaran.
“Momen ini juga menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat akan pentingnya konservasi juga semakin meningkat dan semakin baik,” tutup Irawan.