Tragedi bleaching monyet alias disemir sempat ramai di salah satu kanal berita. Nyatanya, praktek ini memang terjadi di beberapa primata. Bahkan, praktek tersebut dipertontonkan dan dijadikan konten di salah satu kanal Youtube, dengan alasan agar pemelihara tidak bosan dengan tampilan hewan peliharaannya.
Terlepas dari aman tidaknya produk pewarna rambut yang digunakan, tentunya kejadian tersebut adalah bentuk egoisme kita terhadap satwa liar. Primata yang seharusnya hidup bebas di alam, dipaksa menjadi peliharaan dan menjadi objek kepuasan manusia agar memenuhi hasrat ketidakbosanan.
Setali tiga uang, fenomena tersebut pernah dialami oleh kukang juga. Ketika masa jayanya perdagangan ilegal dan lemahnya penegakan hukum, banyak kukang-kukang yang dijual sengaja dimodif untuk menarik minat pembeli dan pemelihara.
Dari hasil penelusuran tulisan-tulisan jadul yang bersumber dari blog, kami menemukan kukang-kukang yang sengaja dicat, baik diputihkan ataupun disemir dengan warna hitam.
Kemudian, kukang tersebut sengaja dijajakan dan ditawarkan di emperan salah satu mall terbesar di Bandung dan pasar minggu Gasibu. Bahkan, si pedagang menamakan kukang yang dijual dengan jenis satwa lainnya yaitu Kuskus atau Koala Sumatera. Menyemir rambut kukang entah apa tujuannya. Apakah untuk mengelabui petugas berwenang, atau hanya untuk meningkatkan harga jualnya.
Baca juga:
Perdagangan Senapan Angin Terlalu Bebas, Korban Terus Berjatuhan
Jagger, Kukang Buta Karena Senapan Angin
Praktek keji ini ternyata pernah terjadi juga pada kukang temuan yang diterima oleh YIARI pada tahun 2013. Si kukang yang diberi nama Mukti ini ditemukan oleh warga saat melintasi jalan. Mukti mengalami malnutrisi, rambut rontok, dan gigi terpotong. Selain itu, tubuhnya penuh dengan luka-luka yang umum ditemukan pada kukang peliharaan, yaitu lecet di sekitar bokong.
Melihat kondisi fisiknya yang mengkhawatirkan, besar kemungkinan Mukti kabur, atau lebih kejamnya lagi sengaja dibuang oleh pemeliharanya.
Selain itu, Mukti memilki ciri yang mencolok dibandingkan dengan kukang-kukang yang pernah diselamatkan oleh YIARI. Seluruh rambut Mukti berwarna pucat akibat di bleaching. Pudarnya warna rambut ditambah dengan hancurnya gigi-gigi Mukti, tentu saja menyulitkan dokter dan perawat untuk mengenali jenisnya.
Meski Mukti mendapatkan perawatan intensif, sayangnya ia hanya bisa bertahan selama 10 hari dan terbebas dari seluruh penderitaan yang menyakitinya. Hingga kini, identitas Mukti tersimpan sebagai kukang yang tak teridentifikasi spesiesnya.
Kisah Mukti dan monyet bleaching adalah bukti kekejaman serta eksploitasi satwa liar. Satwa yang menjadi korban aksi tersebut tentu saja tidak akan berpikir bahwa penampilan dan kegantengan mereka meningkat 100%. Pola pikir si pemeliharanya saja yang menganggap seperti itu.
Akhir kata, hidup memang harus penuh warna, tapi bukan berarti kita harus gelap mata.