Bertahun-tahun yang lalu, Ayun Supardi merupakan seorang pemburu satwa liar di kawasan hutan Batu Tegi, Lampung. Namun setelah diperkenalkan dengan dunia konservasi satwa liar, lelaki berusia 23 tahun ini kemudian beralih profesi menjadi staf lapangan di Yayasan IAR Indonesia.
Bagaimana cerita Ayun dari awal dia memburu satwa-satwa hingga akhirnya menjadi mantan pemburu dan berujung menyelamatkan satwa? Kukangku kemudian mewawancarai #penyelamatkukang ini secara langsung pada Selasa (13/9/2022).
Seperti apa awal mula Ayun berkecimpung di dunia konservasi?
Awalnya saya itu pemburu makaka (monyet) gitu. Nah, waktu saya sedang berburu, tidak sengaja saya bertemu dengan salah satu tim IAR Indonesia. Disitu tim IAR mendekati saya, kaya mau ajak temenan. Kemudian, mereka mengajak saya kegiatan pelepasan kukang awalnya. Mereka suruh saya bawa perahu. Saat itu, posisi orang dari tim IAR yang bisa bawa perahu sedang libur, dan kebetulan saya bisa bawa perahu. Lama kelamaan, saya sering diajak kegiatan, mulai dari pelepasan beruk, hingga penggunaan aplikasi SMART Patrol.
Tapi ada gak alasan kenapa Ayun beralih dari pemburu kemudian tiba-tiba ingin menyelamatkan satwa?
Awalnya sih masih bingung ya, kenapa sih kok satwa dilindungi dilestarikan. Disitu saya penasarannya. Dari rasa penasaran itu, kebetulan ada tim IAR juga yang sering mengajak ke lapangan. Saya kemudian menggali, cari tahu, kok kenapa sih primata ini, satwa ini kok dilindungin. Dari situ akhirnya saya jadi tahu dan kalau sekarang terpicunya ingin lebih mengembangkan satwa yang di alam. Kalau sekarang lihat orang pelihara satwa yang dilindungi di rumah, saya suka geram gitu. Kenapa kok ditaro di kandang, mending di alam, bebas.
Baca juga : Indri Saptorini, Jadi Dokter Hewan Demi Selamatkan Kukang
Terus bisa ceritakan gak, apa yang selama ini dilakukan Ayun di lapangan?
Selama di lapangan saya membantu pelepasan kukang. Kukang biasanya didatangkan dari Pusat Rehabilitasi IAR Indonesia di Bogor. Sampai di Batutegi, kukang disimpan di kandang dulu, dibiarkan untuk adaptasi selama satu minggu, diambil datanya seperti kondisi fisik sehat atau engganya. Kalau sekiranya sudah sehat, lalu kita lepasliarin. Setelah dilepasliarin, kukang akan dimonitoring juga, dicek kesehatannya, diambil datanya juga.
Saat monitoring, bukan saya sendiri saja yang pergi ke hutan, tapi bareng dengan teman-teman dari IAR juga. Kalau buat pemantauan kukang biasanya membutuhkan waktu setengah bulan sampe satu bulan lamanya. Waktunya dari habis isya sampai jam 12 malam. Ada juga sesi lainnya dari jam 1 malam sampe ke pagi. Nanti data perilaku kukangnya dicatat di buku. Tapi, kalau sekarang sudah ada aplikasi SMART Patrol jadi lebih mudah.
Keterangan : SMART (Spasial Monitoring and reporting Tools) merupakan perangkat lunak yang dapat digunakan untuk menyimpan data kegiatan patrol/pengelolaan kawasan konservasi atau jenis kawasan lainnya, sekaligus sebagai penyimpan data/database. SMART juga memiliki kemampuan untuk merencanakan, mendokumentasikan, menganalisis, dan mengeluarkan laporan sehingga data-data dalam suatau kawasan, baik itu data potensi, ancaman maupun kenaekaragaman hayati dapat dikelola sesuai kebutuhan penggunanya. Yang jauh lebih penting dari kemudahan penggunaannya adalah SMART dapat membantu pihak manajemen dalam membuat strategi dan perencanaan berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilakukan. Sumber : IAR Indonesia
Beda lagi kalau patroli, kalau patroli kita ke hutan ngecek lokasi hutan aman atau engganya, ada perambah masuk atau engganya, ada pemburu atau engganya. Dari hasil patroli itu semua akan diambil datanya, baik data dari pemburu maupun dari satwanya juga.
Gimana rasanya kerja di Lembaga konservasi setelah jadi mantan pemburu?
Cukup seneng, saya sudah sekitar 7 – 8 tahun kerja bareng teman-teman IAR tapi baru jadi staf resmi di bulan Juni tahun ini. Rasanya tuh gimana ya. Awalnya saya ini pemburu, sekarang mantan pemburu. Ibaratnya awalnya jadi penjahat sekarang jadi penyelamat satwa dan hutannya juga. Mungkin kalau gak ketemu sama tim IAR saya udah jadi pemburu senior kayanya, jadi perambah hutan juga.
Baca juga : Babe Cabita, Merasa Bersalah Beli dan Pelihara Kukang
Ada pengalaman paling berkesan selama bekerja di lapangan atau di hutan?
Berkesannya sih waktu pas pelepasan satwa, kaya makaka, itu berkesan banget. Soalnya dulu aku pernah makan dagingnya (monyet) saat masih jadi pemburu. Meski sudah jadi mantan (pemburu), sekarang malah ketika lepasin mereka jadi takut ibaratnya ada ketakutan nanti dia ngejar aku atau gimana gitu.
Ada juga pengalaman yang lain seperti nyasar atau kehabisan logistik. Kalau kehabisan logistik pernah kejadian ketika sudah di tengah-tengah hutan. Kesana jauh kesini jauh. Jadi saat itu kesannya kita kaya ngebolang, nyari ikan, nyari tumbuhan yang bisa dimakan secara langsung. Kalau nyasar lama sih gak pernah, paling juga nyasar sejam dua jam. Tapi pernah juga nyasar sampe muter-muter, kalau kata orang sini, katanya kita nginjek akar yang nyambung tapi aku juga belum pernah lihat akar yang nyambung. Tapi, kalau orangtua disini bilangnya seperti itu. Jadi sudah muter-muter gak juga nemu jalannya.
Ketika nyasar itu kita kan cape juga lama-lama, akhirnya memutuskan untuk duduk sambil ngerokok sebentar. Belum abis satu batang ada suara siamang, dan iseng-iseng aja coba kita ikutin suara siamang itu. Kita pikir barangkali disitu jalurnya (ke arah suara siamang), eh ternyata bener jalurnya disitu. Kayanya kalau kita gak ikutin suara siamang, kita masih muter-muter disitu. Saat itu, kita nyasar siang-siang, sekitar jam satuan.
Nah selama 8 tahun Ayun sudah lama berkecimpung di dunia pelestarian kukang, bisa disampaikan gak harapan kamu terhadap konservasi kukang ke depannya?
Harapan ke depannya konservasi kukang bisa lebih maju dan lebih jaya. Sama orang-orang yang melestarikannya juga lebih maju lah. Harapannya ya ingin lebih memperbanyak kukangnya, kaya di hutan Batu Tegi, Lampung ini masih sedikit kukang di hutannya, tapi kalau di jalur listrik di perkampungan itu banyak. Harapannya, di kampung banyak tapi kok di hutannya gak ada, jadi semoga bisa memperbanyak kukang di hutan.
Pesan Ayun untuk masyarakat di sini terkait konservasi kukang seperti apa?
Ada sih sedikit, kukang kan hewan primata yang pemalu ya, tidak agresif dan tidak membahayakan. Sedikit membahayakan sih kalau terkena gigitannya, tapi tidak seberbahaya ular. Nah, pesannya untuk masyarakat Air Naningan atau masyarakat luar juga, jangan ganggu kukang, kan kukang juga gak ganggu. Makan kopi juga kan kukang makan gak seberapa, gak ngabisin satu ton.
—
Artikel profil #penyelamatkukang dibuat agar dapat menginspirasi masyarakat untuk ikut mendukung pelestarian kukang ataupun satwa liar di Indonesia. Mari bersama kita jaga habitat dan keberadaan satwa liar di alam bebas!