Pusat rehabilitasi primata Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia (YIARI) dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) wilayah III Ciamis kembali melepasliarkan sepasang kukang Jawa (Nycticebus javanicus) ke habitatnya di Suaka Margasatwa Gunung Sawal, Ciamis, Jawa Barat, Rabu, 20 Januari 2016.
Dua kukang tersebut merupakan bukti hasil sitaan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat dan Kepolisian Resor Kota Tasikmalaya pada 2013. Sepasang hewan ini sebelumnya dititipkan di pusat rehabilitasi YIARI Ciapus, Bogor, Jawa Barat.
Manajer Operasional YIARI Aris Hidayat mengatakan kukang ini pernah dilepasliarkan di Gunung Syawal, tapi terpantau sakit. Oleh tim monitoring, hewan tersebut dibawa kembali ke pusat rehabilitasi YIARI. Saat ini kedua kukang telah selesai menjalani pemulihan dan rehabilitasi. “Siap dilepas kembali ke habitatnya,” ujar Aris di sela pelepasliaran kukang di kaki Gunung Sawal.
Dia menjelaskan, selama rehabilitasi, kukang dikenalkan beberapa jenis pakan di hutan. Selain itu, kukang ditempatkan dalam kandang berukuran besar yang menyerupai habitat alaminya.
Hasil pemeriksaan tim medis dan observasi, Aris menjelaskan, kondisi kukang sudah sehat, tidak membawa penyakit, dan perilakunya liar, sehingga lolos seleksi untuk kembali dilepaskan ke habitatnya.
Menurut Aris, kukang korban perdagangan dan pemeliharaan yang masuk pusat rehabilitasi YIARI belum tentu bisa langsung dilepasliarkan. Dia menuturkan kukang harus lebih dulu menjalani proses pemeriksaan medis, masa karantina, dan rehabilitasi dalam jangka waktu tertentu.
“Setelah lolos seleksi untuk dilepasliarkan, baik dari sisi perilaku maupun kesehatan, barulah kukang dipindahkan ke habitat alaminya untuk menjalani masa habituasi dan pelepasliaran. Setelah dilepas, kukang tetap dipantau tim untuk mengetahui perkembangan perilakunya di alam,” ucap Aris.
Supervisor Survey Release Monitoring YIARI Robithotul Huda mengatakan proses translokasi atau pemindahan kukang ke kandang habituasi merupakan tahapan pralepas-liar sebelum benar-benar dilepas ke habitatnya. Kandang habituasi atau rumah sementara kukang berada di habitat Gunung Sawal.
“Bentuknya berupa lahan bundar terbuka dikelilingi fiber plastic. Di dalamnya tumbuh berbagai jenis pepohonan hijau untuk pakan dan tempat tidur kukang. Selama sekitar satu bulan, kukang dibiarkan beradaptasi dengan habitat dan pakan alaminya,” ujar Robithotul.
Sumber berita : nasional.tempo.co