Diawali ketertarikan pada serangga, Rina Mutia malah tertarik menyelami dunia riset orangutan sumatera. Dari situlah perjalanan wanita asal Aceh ini berkontribusi dalam pelestarian orangutan, khususnya di kawasan Leuser, Aceh.
Bagaimana kisah perjalanan Rina? Simak hasil ngobrol bareng tim Kukangku dan Kak Rina pada Kamis (26/01/2023) melalui meeting Zoom.
Boleh tahu gak alasan kamu ingin terjun ke dunia konservasi?
Kisah ini berawal di tahun 2018 saat aku jadi mahasiswa semester 7 di Universitas Islam Negeri Ar-Raniry (UIN Ar-Raniry). Waktu itu ada dosenku dari UIN Ar-Raniry dan kebetulan saat itu ada field trip yang dilaksanakan oleh Forum Konservasi Leuseur (FKL) ke stasiun penelitian Ketambe di Aceh selama satu minggu. Disana, aku jumpa dengan Ibu Suci Utami, ahli orangutan di Indonesia, yang memberikan materi. Karena beliau ahli di bidangnya, aku pun tertarik karena yang disampaikan itu berbeda, karena mereka sangat passion di bidang itu. Padahal, sebelumnya aku sangat tertarik dengan serangga. Latar belakangku pun dari biologi.
Saat mendengar tentang mamalia atau primata gitu dan diceritakan perilakunya, kepikirnya mereka itu sangat pintar karena secara genetik presentasenya sangat dekat dengan manusia. Setelah itulah aku tertarik dengan perilaku primata. Mulai dari tahun 2018, aku pikir gimana caranya menggabungkan serangga dan perilaku orangutan, didapat lah penelitianku disitu, judulnya “Perilaku Orangutan Makan Serangga di Stasiun Ketambe”. Penelitian itu juga sudah kupresentasikan di Asian Primate Symposium di Hanoi, Vietnam bulan November 2022.
Disitu networking dibangun dengan Ibu Suci sampai sekarang. Setelah penelitian selesai, aku dapat beasiswa dari FKL. Mereka (FKL) memang setiap tahun menawarkan beasiswa penelitian bagi mahasiswa yang mau meneliti di stasiun penelitian Ketambe. Stasiun itu adalah yang pertama di Indonesia untuk penelitian orangutan, mungkin sekarang umurnya udah 50 tahun lebih. Lalu ada stasiun Soraya juga.
Setelah menyelesaikan proposal risetnya dan mendapatkan beasiswa, aku langsung berangkat ke Ketambe. Jadi, penelitian di Ketambe inilah milestone-ku di dunia konservasi. Kisahku di dunia konservasi dimulai dari situ hingga sekarang aku bekerja di FKL sebagai database officer di divisi research dan database FKL selama 3 tahun.
Bisa ceritain apa aja sih yang selama ini kamu lakuin dalam pelestarian orangutan sumatera di Aceh?
Pekerjaanku sekarang lebih banyak dilakukan di pengelolaan data kemudian menganalisa data khususnya di kamera trap. Di FKL itu ada 38 tim ranger, jadi mereka 15 hari patroli di hutan ada yang pasang camera trap. Di kamera itu kadang terekam orangutan yang sedang makan, kadang turun ke tanah untuk ambil mineral.
Selain itu, di tahun ini lembaga YEL atau SOCP lagi ngadain survey estimasi kepadatan orangutan. Setiap 10 tahun sekali, populasi orangutan diestimasi kembali kepadatannya. Sekarang surveynya lagi berlangsung dan tim FKL juga terlibat dalam pengambilan data tersebut. Nah, nanti yang bikin laporannya itu aku dan kawanku di bagian pekerjaan.
Tapi sama kaya anak muda lainnya, kan sekarang jamannya digital ya! Jadi, kalau ada info primata atau orangutan atau kaya ada beasiswa penelitian khusus primata atau orangutan aku share. tetap isunya juga gak jauh-jauh dari sosial media.
Baca juga : Ayun, Mantan Pemburu yang Beralih Jadi Staf Konservasi
Bisa ceritain juga gak tentang penelitian kamu tentang pakan orangutan sumatera?
Sejauh ini kebanyakan riset di indonesia itu selalu melihat orangutan makan buah, karena orangutan memang frugivora. Tapi jarang yang melihat orangutan makan serangga. Contohnya orangutan betina dewasa, setiap hari makan serangga. Apalagi orangutan yang sedang hamil lebih banyak makan serangga dibanding yang tidak hamil, karena mereka butuh protein yang lebih banyak daripada orangutan biasa atau yang sedang tidak hamil.
Kami juga lihat teknik mereka mengambil serangga, seperti mencongkel lubang pohon, atau tapping pohon. Jadi orangutan akan menepuk-nepuk batang pohon. Dia juga bongkar-bongkar tumbuhan epifit untuk cari serangga disitu, biasanya disana banyak semut. Serangga yang paling banyak dimakan oleh orangutan itu semut dan rayap. Aku juga identifikasi data pakan yang dia konsumsi, kalau data pakan orangutan buah dan tumbuhan orangutan sudah banyak tapi kalau serangga masih sangat langka untuk orangutan sumatera. Ada 9 jenis pakan serangga pada orangutan, yaitu 7 jenis semut dan 2 jenis rayap.
Kalau dari risetku kemarin dia milih serangga nomor ketiga setelah buah dan daun. Pertama dia memang fruigovurus, 80% makan buah, selebihnya dia pilih daun, setelahnya baru serangga, baru kambium dan bunga dan lainnya gitu sih.
Apa harapan kamu terhadap pelestarian orangutan sumatera? Apalagi dengan status orangutan yang kritis atau critically endangered?
Kalau ditanya sih semua orang punya harapan tertentu dengan pelestarian, apalagi dengan orangutan sumatra yang sudah kritis statusnya. Kita punya harapan tidak cuma ke pemerintah, tapi juga ke diri sendiri nih sebagai anak muda. Kita bisa melakukan pekerjaan konservasi itu tidak cuma hal-hal berat, tapi juga bisa melalui menulis atau fotografi, videografi atau tertarik bikin konten. Semua itu bisa dikembangkan dan dengan hasil-hasil pengembangan tersebut itu menjadi harapan yang baru untuk konservasi spesies di indonesia khususnya orangutan sumatera.
Aku juga berharap semua bisa saling bekerjasama antara anak-anak muda kemudian juga generasi-generasi yang sudah lebih dahulu apalagi pemerintah, jadi harapan orangutan agar populasinya terus meningkat di alam masih ada. Lagipula, dalam hal peningkatan populasi itu tidak selalu terjadi secara natural, karena dibutuhkan usaha-usaha dari manusia. Usaha yang bisa kita lakukan itu ya seperti yang saya sebutkan dari awal tadi. jadi harapannya anak-anak muda ikut andil.
Baca juga : Yusuf Alfaza, Neliti Kukang Untuk Bantu Masyarakat Sekitar
Ada pesan ga dari kamu untuk anak muda terkait pelestarian primata?
Pesanku untuk anak-anak muda di indonesia, tetap semangat karena semua dari kita itu punya peran penting bagi ekosistem kita sendiri. Ekosistem sangat berjasa bagi kita sendiri. Bagaimana bisa kita melupakan itu sedangkan kita bergantung terhadap ekosistem itu. jadi, jasa-jasa lingkungan tersebut punya peran untuk kita. Ada baiknya kita menjaga itu semua sebelum itu semua menjadi tidak baik, contohnya dulu tidak ada deforestasi di daerah tertentu sekarang hutannya hilang.
Sebelum itu terjadi, lebih baik anak-anak mudanya aware dan sadar akan hal itu, karena kadang-kadang ada beberapa buku yang saya baca pasti point nya sama di bagian ekologi dan konservasi, jangan sampai kita sudah duluan kehilangan spesies kita sendiri sebelum kita kenal spesies itu pernah ada di Indonesia tapi dia udah duluan punah. Jadi kayak tidak ada harimau di bali sekarang, tapi masih ada harimau sumatra masih ada orangutan sumatra, itu balik lagi ke kita kita mau gak hal kaya kepunahan harimau bali terjadi lagi.
Kita harus bangga dengan primata yang ada di indonesia tapi bangga aja gak cukup kalau kita gak ambil aksi dan sadar kalau itu penting.
—
Konten ini dibuat dalam rangkaian Hari Primata Indonesia untuk selalu menginspirasi anak muda dalam melestarikan primata. Selamat hari primata indonesia