Peringatan (trigger warning): Artikel ini mengandung konten eksplisit tentang kekerasan ekstrem yang dapat memicu kondisi emosi dan mental pembaca. Kami menyarankan Anda tidak meneruskan membacanya jika mengalami kecemasan dan meminta bantuan profesional.
Sebuah berita menggegerkan muncul di pemberitaan nasional. Seorang warga Tasikmalaya berinisial AYN (25) menjual konten penyiksaan monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) secara daring. Video-video penyiksaan dari mulai memukul, memutilasi, membor mata hingga memblender bagian tubuh monyet dibuat khusus untuk penikmatnya di luar negeri. Ketahuan, AYN kemudian ditangkap oleh Kepolisian Resor Tasikmalaya pada Sabtu (10/9/2022).
Aksi AYN menyiksa dan menganiaya monyet secara kejam diduga murni demi cuan. Konten-konten mengerikan ini ternyata dibuat oleh pelaku sebanyak 12 kali dan dihargai Rp 150 – 300 ribu per satu video. AYN menjualnya pada pembeli di Solo dan bahkan menawarkan video-video ini lewat platform Facebook. Bagian paling menyedihkan, sebagian monyet yang disiksa merupakan monyet yang masih bayi. Lalu apa sih latar belakang pembuatan video penyiksaan ini?
Fenomena Monkey hate
Fenomena kebencian pada monyet atau monkey hate sempat ramai dibicarakan oleh netizen. Hal ini ditenggarai makin maraknya video monyet di platform youtube. Orang-orang mulai sadar bahwa video monyet yang banyak berseliweran di youtube berisi konten penyiksaan, mulai dari yang terang-terangan hingga yang terselubung.
Video-video itu kebanyakan berasal dari kawasan Asia Tenggara, seperti Kamboja dan Indonesia. Dalam video, monyet-monyet – yang umumnya berumur masih sangat muda – diperlakukan dengan kejam seperti ditenggelamkan, diadu dengan satwa lain, dipukuli, dimutilasi bagian tubuh atau digilas kendaraan hingga mati.
Herannya, pengikut dan pendukung video-video kejam yang disinyalir menjadi bentuk ekspresi kebencian kepada monyet ini ternyata cukup banyak. Sebagian besar penonton mengaku senang dan bahagia melihat monyet-monyet itu panik dan ketakutan. Para Monkey Hater itu menjuluki monyet-monyet dengan sebutan “tree rats” dan meminta pembuat video untuk membuat konten yang lebih sadis lagi.
Dalam pembahasan akun youtube Yardfish “The YouTube Monkey Torture Ring : Part I“, Ada beberapa alasan di balik kebencian orang-orang terhadap monyet, khususnya bayi monyet. Umumnya, monyet dianggap satwa yang jelek, menyebalkan dan menjijikan. Satwa ini juga dianggap hama dan makhluk lemah yang tidak berguna. Sebagian lagi merasa trauma karena kejadian buruk bersama monyet di masa lalu.
Dari situ terbentuklah perasaan benci pada monyet, berdampak pada perasaan senang saat melihat monyet dalam keadaan paling lemah, ketakutan, kesakitan dan mati. Namun yang mengkhawatirkan, perilaku para penonton video kejam ini juga diduga menunjukkan adanya kelainan mental, seperti pedophilia, psycopath, sadism, necrophilia, zoosadism hingga coprophilia.
Baca juga : Tren Pelihara Monyet Marak di Instagram, Influencer Jadi Penyebab
Sindikat terselubung
Makin kesini, gelombang protes terus dilayangkan banyak orang untuk menghentikan aksi monkey hate di platform youtube. Kini, hampir seluruh video dan channel penyiksaan monyet telah dihapus dari youtube. Namun, para peminat video penyiksaan itu masih ada dan beralih ke platform lain yang mampu menyediakan akses dengan mudah, seperti Facebook dan Telegram.
Dalam laman resmi Lady Freethinker disebutkan bahwa terdapat sindikat yang secara terselubung memperjualbelikan video penyiksaan monyet. Investigasi dari kelompok advokasi hewan Action for Primates dan Lady Freethinker menemukan bahwa pengguna YouTube dan Facebook yang berbasis di Amerika Serikat bekerja dengan orang-orang di Indonesia untuk memfasilitasi video penyiksaan monyet di platform daring.
Ada lagi yang lebih ekstrem, kelompok penikmat konten kejam ini juga membuka program adopsi monyet. Program ini menawarkan para Monkey hater untuk membayar dan mengadopsi monyet yang akan mereka siksa untuk dibuat menjadi objek video. Sadisnya, monyet-monyet itu dapat dibunuh dan disiksa sesuai keinginan demi memuaskan hasrat penontonnya.
Penangkapan AYN di Tasikmalaya mungkin adalah awal dari terkuaknya praktek kejam sindikat konten kebencian dan penyiksaan monyet di Indonesia. Berita baiknya, Kapolres Tasikmalaya AKBP Suhardi Hery Haryanto mengatakan saat ini pihak kepolisian masih mendalami kasus yang menggegerkan ini.
“Kasus ini masih kita dalami, termasuk aktor intelektual dalam pembuatan konten sadis itu, tidak menutup kemungkinan aktor intelektual itu ada,” ujarnya seperti dikutip dari detik.com
Semoga cepat terkuak ya!