Seluruh seisi semesta diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa termasuk makhluk hidup di dalamnya. Manusia, tumbuhan, dan satwa baik liar maupun jinak hidup berdampingan di muka bumi.
Dalam Islam, hidup berdampingan bersama satwa dengan mengasihinya merupakan salah satu perintah Allah SWT. Sesungguhnya setiap makhluk hidup tak terkecuali satwa liar diciptakan oleh-Nya tanpa sesuatu yang sia-sia seperti yang terkandung dalam Surat Al-An’am ayat 38 yang menyebutkan:
“Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat-umat (juga) seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatu pun di dalam Al Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan”.
(QS Al-An’am: 38)
Satwa liar seperti satwa yang melata, burung-burung, serangga, dan lain sebagainya diberi rezeki, dijaga, dan diatur urusannya oleh Sang Pencipta. Semua yang telah diciptakan Allah SWT sudah tertulis dan ditetapkan di Lauhul Mahfudz. Sementara, Allah SWT juga menugaskan manusia sebagai khalifah untuk memakmurkan dan menjaga keseimbangan ekosistem, dimana satwa liar menjadi bagian di dalamnya.
”Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
(QS. Al-Baqarah[2]: 30)
Allah SWT juga yang melarang berbuat kerusakan di bumi yang menjadi rumah bagi manusia dan makhluk lainnya, seperti tumbuhan dan satwa liar.
”Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya.”
(QS. Al-A’raf [7]: 56)
Baca juga : Cerita Mistis : Bawa Kukang Dari Hutan Bakal Diikutin Hantu!
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”
QS. Al-Rum[30]: 41)
Dari kedua ayat di atas, jelaslah bahwa tidak ada alasan lagi bagi kita (manusia) untuk bertindak semena-mena, melakukan perusakan terhadap alam dan mendzalimi satwa. Bahkan, dalam sebuah hadis ditegaskan sebuah perintah menyayangi makhluk hidup di bumi, termasuk satwa liar.
Dari Jarir ibn Abdullah ra ia berkata: Rasulullah saw bersabda: “Sayangilah setiap makhluk di bumi niscaya kalian akan disayangi oleh Dzat yang di langit”.
(HR. Abu Dawud, al-Turmudzi, dan al-Hakim)
Baca juga : Kukang, Si Satwa Mungil yang Punya Banyak Habitat
Lalu Tindakan Apa Saja yang Harus Dihindari sebagai Bentuk Menyayangi Satwa dalam Islam?
- Mengeksploitasi satwa liar
Eksploitasi satwa liar merupakan sebuah bentuk kegiatan yang tidak berfaedah dan dianggap menyiksa kehidupan satwa. Bentuk-bentuk eksploitasi itu ada bermacam-macam, salah satunya yang kerap kita temui di masyarakat adalah pemeliharaan, mempertontonkan satwa (sirkus) dan mengadu satwa yang memiliki unsur penyiksaan dan ada unsur perjudian.
Hal ini diharamkan dalam ajaran Islam. Status haram ini didukung dalam dalil Hasyiyah al-Bujairomi ‘Ala al-Khothib (al-Maktabah al-Syamilah al-Ishdar al-Tsani). Vol. 14. Hlm. 91.
“Dan diharamkan memaksa kera untuk berjoget, dan memperlihatkannya atau mempertontonkan kepada masyarakat, dan sebagainya. Selain itu, juga diharamkan mengadu antar hewan domba, atau sabung ayam.”
- Jual Beli Satwa liar
Satwa liar yang didapatkan dari alam disinyalir dapat merubah keseimbangan ekosistem hingga terjadi kerusakan yang masif. Sementara dalam Islam sendiri, umat muslim sebagai khalifah dilarang untuk merusak bumi yang telah disediakan oleh Allah SWT. Sehingga jual beli demikian adalah termasuk larangan syara’.
Dari semua pembahasan di atas tentunya sudah jelas ya bahwa Islam merupakan salah satu agama yang peduli dan sayang terhadap satwa. Islam mengajak kita untuk juga menjaga kelestarian alam dan melarang kegiatan yang bisa menyebabkan satwa menderita.