Boks-boks besi terduduk sejajar di atas mobil pick up hitam yang sedari tadi terparkir di halaman Pusat Rehabilitasi Yayasan IAR Indonesia (YIARI), Bogor, Jawa Barat. Dari jendela kecil di boks besi itu, kadang terlihat mata kukang sedang menatap balik. Ternyata, boks besi ini berisi kukang. Satu boks terdiri dari satu hingga dua individu. Di atas boks itu terdapat foto dan nama-nama kukang untuk memudahkan petugas membedakan isian boks.
Total sebanyak 12 kukang dinyatakan siap untuk dilepasliarkan ke rumah baru mereka setelah bertahun-tahun berada di Tempat rehabilitasi. Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat bersama tim YIARI telah menyiapkan lokasi khusus pelepasliaran, yaitu di Hutan Konservasi Ekosistem Esensial (KEE) Cipanjalu, Desa Bahara dan Cagar Alam Panjalu yang berada di tengah danau Situ Lengkong, Ciamis.
Setelah menempuh perjalanan sekitar 8 jam dari Bogor ke Ciamis, akhirnya tim kukangku dan tim YIARI sampai di lokasi pelepasliaran. Tak disangka, ternyata hutan Cipanjalu juga merupakan hutan yang dikeramatkan oleh warga sekitar. Sehingga masuk ke hutan ini tidak boleh sembarangan dan harus selalu menjaga sikap.
Bersama host kukangku, Anandhita Arnelya, kami menyusuri hutan Cipanjalu untuk antarkan kukang kembali pulang ke rumah barunya. Ternyata, proses pelepasliaran tidak semudah yang dibayangkan. Sebelum kukang benar-benar dilepas secara mandiri, primata malam ini akan melalui masa habituasi.