Nama
Nama ilmiah: Nycticebus kayan (Munds, Nekaris & Ford, 2013)
Nama Inggris: Kayan Slow Loris
Nama lokal: Kukang Kayan
Status Konservasi
- Redlist IUCN, Vulnerable
- CITES, Apendix I
Kukang Kayan terdaftar dalam kategori Rentan (Vulnerable) karena kemungkinan telah terjadi penurunan populasi lebih dari 30% selama tiga generasi terakhir (diperkirakan 21-24 tahun), dan terus mengalami penurunan dikarenakan perburuan untuk perdagangan ilegal untuk dijadikan peliharaan, percampuran gen (hibridisasi) dan hilangnya habitat yang terus meluas akibat pembukaan hutan untuk kebun sawit serta kebakaran hutan.
Catatan Taksonomi
Taksa ini sebelumnya termasuk ke dalam Nycticebus menagensis, namun kemudian dipisahkan menjadi spesies tersendiri oleh Munds et al. (2013). Deskripsi jenis ini berdasarkan variasi pola wajah antara sampel foto yang ada dan spesimen museum yang sebelumnya disebut sebagai N. menagensis.
Ciri Identifikasi
Kukang Kayan memiliki ciri dengan pola wajah yang kontras berwarna gelap. Tanda api berupa lingkaran di sekitar mata berwarna gelap berbentuk bulat atau meruncing di bagian atas, dan bagian bawah tanda api biasanya memanjang hingga ke pipi, kadang memanjang hingga pangkal rahang bawah. Garis di antara mata cenderung sempit dan berbentuk persegi atau bohlam. Tanda mahkota bervariasi tapi menyebar di sepanjang tepi. Telinga berambut, dan pola di sekitar pelipis bervariasi tapi sebagian besar melebar. Rambut di seluruh tubuh cenderung panjang dan sangat halus menyerupai rambut pada kukang dewasa, tetapi tidak semua kukang yang diperiksa adalah dewasa. Kukang yang diperiksa berasal dari beragam ketinggian dan diambil pada waktu yang berbeda dalam setahun. Hak ini menunjukkan bahwa rambut panjang adalah adaptasi permanen (Munds et al., 2013).
Sebaran
Kukang Kayan tersebar di bagian tengah dan utara Borneo (Brunei, Sarawak, Sabar dan Kalimantan Timur). Sebaran di bagian selatan hingga Sungai Mahakam, Kalimantan Timur dan Sungai Rajang di Sarawak. Sebaran di bagian timur hingga ujung Borneo di Sabah. Membentang dari timur ke barat, namun tidak seperti jenis N. menangensis, Kukang Kayan tidak ditemukan di sepanjang bagian timur Sabah. Tumpang tindih dengan N. menangensis di Kalimantan Timur, Sabah dan Sarawak.
Nycticebus kayan is located in central and northern Borneo (Brunei, Sarawak, Sabah, and East Kalimantan). Its southern range extends to the Mahakam River in East Kalimantan and the Rajang River in Sarawak. It is found as far north as the tip of Borneo in Sabah. It spans the width of Borneo, east to west, but unlike its neighbour (N. menagensis), it appears not to be found along the east part of Sabah. It is sympatric with N. menagensis in East Kalimantan Sabah and Sarawak.
Habitat & Ekologi
Jenis ini termasuk nokturnal dan arboreal sama seperti jenis kukang lainnya. Kukang di Borneo dapat ditemukan dengan sebaran habitat yang terdegradasi parah hingga hutan alami, perkebunan, hutan dataran rendah dan hutan pegunungan (Nekaris et al. 2008, Thorn et al. 2009). Hingga kini, belum ada studi di alam mengenai jenis ini. Kukang Kayan diketahui juga memiliki bisa (Madani and Nekaris 2014).
Ancaman
Burning of habitat and conversion, especially to palm oil plantations, almost certainly represents a threat to this species. Although it is relatively adaptable to anthropogenic habitats, and so it might less affected by forest loss than some other primate species, forest loss has been so severe in the region that it is likely to have had some negative impacts. Forest fires of 2015 on Borneo have been the worst since 2004, and acres of forest have been burned, leading to a significant decrease in the habitat of this species.
The species is collected locally for use as pets; subsequent uncontrolled release of pets in some areas is also a threat. Such animals may also be caught and used by tourists as photo props. In 2015, an individual of the species was confiscated by authorities and brought to Singapore Zoo, showing that international trade is also a threat. Hybridization poses a real threat to this species both in the wild and for confiscated individuals in rescue centres. Lack of law enforcement further threatens slow loris species across their range (Nekaris and Starr 2015, Nijman et al. 2014).
The occurrence of N. menagensis in the illegal wildlife trade suggests that N. kayan is at risk of exploitation by the illegal wildlife trade.
Tren Populasi
Menurun
Daftar Pustaka
IUCN. 2020. The IUCN Red List of Threatened Species. Version 2020-2. Available at: www.iucnredlist.org. (Accessed: 13 June 2020).
Madani, G., and Nekaris, K.A.I. 2014. Anaphylactic shock following the bite of a wild Kayan slow loris (Nycticebus kayan): implications for slow loris conservation. Journal of Venomous Animals and Toxins including Tropical Diseases 20(1): 43.
Munds, R.A., Nekaris, K.A.I. and Ford, S.M. 2013. Taxonomy of the Bornean slow loris, with new species Nycticebus kayan (Primates, Lorisidae). American journal of primatology 75(1): 46-56.
Nekaris, K.A.I. and Starr C.R. 2015. Conservation and ecology of the neglected Slow Loris: priorities and prospects. Endangered Species Research 28: 87-95.
Nekaris, K.A.I., Blackham, G.V. and Nijman, V. 2008. Conservation implications of low encounter rates of five nocturnal primate species (Nycticebus spp.) in Asia. Biodversity and Conservation 17(4): 733-747.
Nijman, V., Shepherd, C.R., and Nekaris, K.A.I. 2014. Trade in Bengal Slow Lorises in Mong La, Myanmar, on the China Border. Primate Conservation 28(139-142).
Thorn, J.S., Nijman, V., Smith, D. and Nekaris, K.A.I. 2009. Ecological niche modeling as a technique for assessing threats and setting conservation priorities for Asian Slow Loris (Primates: Nycticebus). Diversity and Distributions 15: 289–298.