Nama
Nama ilmiah: Nycticebus borneanus (Lyon, 1906)
Nama Inggris: Bornean Slow Loris
Nama lokal:
Status Konservasi
- Redlist IUCN, Vulnerable
- CITES, Apendix I
Kukang borneo terdaftar dalam kategori Rentan (Vulnerable) karena populasinya selama tiga generasi (diperkirakan 21-24 tahun) telah berkurang lebih dari 30% akibat perburuan dan perdagangan ilegal untuk peliharaan, serta semakin luasnya habitat yang hilang. Walaupun ia bisa beradaptasi dengan perubahan yang disebabkan oleh manusia, hilangnya hutan yang kian parah memberikan dampak negatif, dimana Borneo telah kehilangan sepertiga hutannya kurang dari 25 tahun, yang juga disebabkan oleh kebakaran hutan.
Catatan Taksonomi
Taksa ini awalnya dimasukkan ke dalam Nycticebus menagensis (Kukang Kalimantan Kelamasan), namun kemudian dijelaskan bahwa ini adalah spesies yang terpisah oleh Munds et al. (2013). Deskripsi jenis ini berdasarkan variasi pola wajah antara sampel foto dan spesimen museum yang sebelumnya dikelompokan sebagai N. menagensis
Ciri Identifikasi
Kukang borneo memiliki pola wajah kontras gelap dan sebagian besar berbentuk bulat tetapi terkadang memiliki tanda lingkaran bagian atas dengan tepi yang menyebar. Tanda lingkaran bagian bawah tidak pernah meluas hingga sisi bawah lesung pipi, garis di antara kedua mata bervariasi, tanda mahkota membundar namun terkadang seperti pita (tidak menyebar), telinga berbulu, dan rambut dari pola wajah di sekitar pelipis melebar. Selain itu, rambut sangat panjang dan halus, hampir menyerupai subdewasa; dipastikan dari spesimen museum, meskipun sudah dewasa (Munds et al., 2013).
Sebaran
Kukang Borneo ditemukan di tenggara borneo (Kalimantan Barat, Selatan dan Tengah, tidak termasuk barat daya), selatan sungai Kapuas, meluas hingga timur jauh dari Sungai Barito. Jenis ini kemungkinan tumpang tindih dengan N. kayan atau dengan N. menagensis (Munds et al. 2013)
Habitat & Ekologi
Sama seperti jenis kukang lainnya, jenis ini termasuk nokturnal dan arboreal. Pernah teramati ditemukan di hutan dipterocarpaceae di Hutan Lindung Bukit Batikap, Kalimantan Tengah (Van Berkel 2011). Kukang-kukang di borneo ditemukan pada area habitat yang terdegradasi parah hingga hutan alami, perkebunan, hutan dataran rendah dan hutan pegunungan (Nekaris et al. 2008, Thorn et al. 2009).
Ancaman
Kebakaran dan alih fungsi habitat, terutama perkebunan kelapa sawit, hampir pasti merupakan ancaman bagi jenis ini. Berdasarkan studi terhadap kukang selama ini cenderung mudah beradaptasi dengan perubahan yang disebabkan manusia, meskipun hilangnya hutan yang sangat parah, mungkin memberikan dampak buruk, terutama Borneo yang telah kehilangan sepertiga luas hutannya kurang dari 25 tahun (Rautner and Hardino, 2005). Kebakaran hutan yang terjadi saat tahun 2015 di Borneo, mendorong penurunan habitat pada jenis ini. Di Indonesia, fragmentasi habitat, kerusakan hutan, dan minimnya ketersediaan data mengenai kesesuaian habitat yang dibutuhkan, tampak menjadi risiko yang sangat signifikan terhadap jenis ini.
Ditemukannya N. menagensis pada perdagangan ilegal satwa liar menunjukkan bahwa Kukang Borneo juga berada pada risiko eksploitasi yang sama. Jenis ini memang belum ditemukan dari hasil foto upaya penyelamatan secara individu (Nekaris, pers. obs.). Hukuman berat terhadap pelaku kejahatan satwa khususnya kukang, belum sepenuhnya berlaku. Sehingga, hukuman yang diberikan saat ini belum sepenuhnya memberikan efek jera. Di Indonesia, jenis kukang ini seringkali digunakan sebagai obat tradisional dan ritual adat istiadat. Percampuran jenis (hibridisasi) dapat menjadi ancaman serius bagi kukang liar dan juga kukang hasil penyitaan yang dirawat di pusat penyelamatan satwa.
Minimnya penegakan hukum dapat menjadi ancaman serius terhadap kukang di seluruh wilayah sebarannya (Starr and Nekaris 2015, Nijman et al. 2014).
Tren Populasi
Menurun
Daftar Pustaka
IUCN. 2020. The IUCN Red List of Threatened Species. Version 2020-2. Available at: www.iucnredlist.org. (Accessed: 13 June 2020).
Munds, R.A., Nekaris, K.A.I. and Ford, S.M. 2013. Taxonomy of the Bornean slow loris, with new species Nycticebus kayan (Primates, Lorisidae). American journal of primatology 75(1): 46-56.
Nekaris, K.A.I. and Starr C.R. 2015. Conservation and ecology of the neglected Slow Loris: priorities and prospects. Endangered Species Research 28: 87-95.
Nekaris, K.A.I., Blackham, G.V. and Nijman, V. 2008. Conservation implications of low encounter rates of five nocturnal primate species (Nycticebus spp.) in Asia. Biodversity and Conservation 17(4): 733-747.
Nijman, V., Shepherd, C.R., and Nekaris, K.A.I. 2014. Trade in Bengal Slow Lorises in Mong La, Myanmar, on the China Border. Primate Conservation 28(139-142).
Rautner, M., Hardiono, M. and Alfred, R.J. 2005. Borneo: Treasure Island at Risk. Status of Forest, Wildlife and related Threats on the Island of Borneo. WWF Germany, Frankfurt am Main.
Thorn, J.S., Nijman, V., Smith, D. and Nekaris, K.A.I. 2009. Ecological niche modeling as a technique for assessing threats and setting conservation priorities for Asian Slow Loris (Primates: Nycticebus). Diversity and Distributions 15: 289–298.
Van Berkel T. 2011. Murung Raya Expedition 2010-11 Science Report. A biodiversity survey of a lowland rainforest in Bukit Batikap Protection Forest, Central Kalimantan, Indonesian Borneo . Heart Of Borneo Project .