Nama
Nama ilmiah: Nycticebus bancanus (Lyon, 1906)
Nama Inggris: Bangka Slow Loris
Nama lokal: Kukang Bangka
Status Konservasi
- Redlist IUCN, Critically Endangered
- CITES, Apendix I
Jenis ini terdaftar ke dalam kategori Terancam Punah (Critically Endangered). Hilangnya hutan di masa lalu dan degradasi yang terus terjadi hingga kini, mengakibatkan kurang dari 20% wilayah yang tersisa layak sebagai habitat Kukang Bangka. Lebih banyak survei lapangan diperlukan untuk menemukan jenis ini. Pemodelan sebaran spesies dan analisis kesenjangan (gap analysis) mengungkapkan bahwa subpopulasi dari Kukang Bangka yang tersisa berada dalam area terfragmentasi. Karena alih fungsi besar yang terjadi di pulau Bangka untuk kebun sawit selama kurun waktu lebih dari 20 tahun, kukang Bangka diperkirakan mengalami penurunan populasi sedikitnya 80% selama 24 tahun lebih (tiga generasi).
Catatan Taksonomi
Pada awalnya, taksa ini disebutkan sebagai Nycticebus menagensis, namun kemudian dipisahkan sebagai spesies tersendiri oleh Munds et al. (2013). Deskripsi jenis ini didasarkan pada variasi pola wajah dari sampel foto yang ada dan spesimen museum yang sebelumnya diyakini sebagai N. menagensis.
Pada tahun 1937, Sody menilai jenis ini berdasarkan 146 spesimen dan menuliskan sisi gelap pada bagian perut adalah alasan yang cukup untuk menerima hasil dari Lyon sebagai ras bancanus. Dia juga menunjukkan temporal ridges (salah satu bagian tulang tengkorak di samping dahi ) tidak memenuhi untuk kukang dewasa, dan Kukang Bangka tidak memiliki empat gigi seri atas, sehingga menempatkannya lebih dekat kepada jenis kukang dari Borneo dibandingkan dengan kukang yang berasal dari Sumatera.
Ciri Identifikasi
Kukang bangka memiliki ciri warna pola wajah seperti merah kecoklatan dan tanda api sekitar mata bagian atas yang melebar. Tanda api sekitar mata bagian bawah tidak pernah melebar hingga pipi, garis di antara mata cenderung lebar, mahkota di dahi menyebar, telinga berambut, dan rambut mahkota pada pelipis menyempit. Jenis juga dicirikan dengan rambut punggung berwarna merah tua.
Sebaran
Kukang Bangka hanya diketahui berada di Pulan Bangka, Sumatera Selatan. Populasi kukang bangka terpisah secara geografis dari jenis kukang lainnya. Mungkin saja berada di pulau Belitung, namun belum ada catatan keberadaan mengenai ini. Jenis ini tidak pernah dilaporkan sebelumnya sejak tahun 1937, dan penelitian di lapangan sangat diperlukan untuk memastikan keberadaannya di alam.
Habitat & Ekologi
Kukang Bangka termasuk nokturnal dan arboreal, sama seperti jenis kukang lainnya. Kukang dapat ditemukan pada area habitat yang terdegradasi parah hingga hutan alami, perkebunan, hutan dataran rendah dan hutan pegunungan (Nekaris et al. 2008, Thorn et al. 2009).
Ancaman
Jenis ini terakhir kali dilaporkan ditemukan di alam pada tahun 1937, jika masih ada, maka kebakaran hutan dan alih fungsi menjadi perkebunan (terutama kebun sawit) merupakan ancaman terbesar. Keberadaan N. menagensis pada aktivitas perdagangan ilegal satwa liar, menunjukkan bahwa Kukang Bangka memiliki potensi risiko yang sama untuk dieksploitasi oleh perdagangan ilegal satwa liar. Meskipun, risiko ini cenderung lebih kecil mengingat pulau Bangka relatif terisolir dari pulau lainnya di Indonesia. Pada waktu yang bersamaan, kukang seringkali ditangkap pada saat pembukaan hutan karena kemampuan kukang yang cenderung berpegangan erat pada pohon ketimbang melarikan diri (Nekaris and Starr, 2015), yang artinya mungkin saja ada untuk diperdagangkan. Minimnya penegakan hukum menjadi ancaman ke depan bagi seluruh kukang di semua wilayah.
Tren Populasi
Menurun
Daftar Pustaka
IUCN. 2020. The IUCN Red List of Threatened Species. Version 2020-2. Available at: www.iucnredlist.org. (Accessed: 13 June 2020).
Munds, R.A., Nekaris, K.A.I. and Ford, S.M. 2013. Taxonomy of the Bornean slow loris, with new species Nycticebus kayan (Primates, Lorisidae). American journal of primatology 75(1): 46-56.
Nekaris, K.A.I. 2014. Extreme primates: slow and slender lorises as a model for primate evolution. Evolutionary Anthropolog 23(177-187).
Nekaris, K.A.I. and Starr C.R. 2015. Conservation and ecology of the neglected Slow Loris: priorities and prospects. Endangered Species Research 28: 87-95.
Nekaris, K.A.I., Blackham, G.V. and Nijman, V. 2008. Conservation implications of low encounter rates of five nocturnal primate species (Nycticebus spp.) in Asia. Biodversity and Conservation 17(4): 733-747.
Nijman, V., Shepherd, C.R., and Nekaris, K.A.I. 2014. Trade in Bengal Slow Lorises in Mong La, Myanmar, on the China Border. Primate Conservation 28(139-142).